Jokowi Desak Kekerasan Myanmar Dihentikan, di Hari yang Sama 8 Pendemo Tewas Ditembak
NAYPYITAW, iNews.id – Aparat keamanan Myanmar menembak mati delapan demonstran antikudeta pada Jumat (19/3/2021). Bertambahnya jumlah korban itu bersamaan dengan hari ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan duka cita dan mendesak dihentikannya penggunaan kekerasan di negara Asia Tenggara itu.
Seorang petugas dari layanan pemakaman Kota Aungban, Myanmar, yang menolak untuk disebutkan namanya, mengatakan delapan orang tewas. Tujuh ditembak mati di jalan dan satu yang terluka dinyatakan meninggal setelah dibawa ke rumah sakit di kota terdekat, Kalaw.
Menurut laporan, aparat keamanan awalnya menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran penentang kudeta di pusat Kota Aungban. Namun, polisi kemudian melepaskan tembakan saat bentrokan terjadi, menurut media lokal dan seorang saksi lainnya.
“Aparat keamanan datang untuk menghalau massa, saat orang-orang melawan, mereka akhirnya melepaskan tembakan," ujar seorang saksi mata yang menolak untuk disebutkan namanya, dikutip Reuters, Jumat (19/3/2021).
Hingga hari ini, total korban yang terbunuh dalam kerusuhan berminggu-minggu di Myanmar telah mencapai 232 orang, menurut laporan terbaru Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP). Di hari yang sama, Jokowi mendesak agar junta militer menghentikan segala bentuk kekerasan.
“Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan di Myanmar segera dihentikan sehingga tidak ada lagi korban berjatuhan. Keselamatan dan kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas utama,” ujarnya, dikutip dari laman Setkab.
Selain itu, kata Jokowi, Indonesia juga mendesak agar segera dilakukannya dialog dan rekonsiliasi untuk memulihkan demokrasi, perdamaian, dan stabilitas di Myanmar.
“Saya akan segera melakukan pembicaraan dengan Sultan Brunei Darussalam sebagai Ketua ASEAN agar segera dimungkinkannya diselenggarakan pertemuan tingkat tinggi ASEAN yang membahas krisis di Myanmar,” ujarnya.
Editor: Ahmad Islamy Jamil