Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Depresi Visa Ditolak Amerika, Dokter Muda Ini Bunuh Diri
Advertisement . Scroll to see content

Kamboja Senang Kena Tarif 19%, Bilang ke Trump Cuma Bisa Beli 10 Pesawat Boeing

Sabtu, 02 Agustus 2025 - 07:42:00 WIB
Kamboja Senang Kena Tarif 19%, Bilang ke Trump Cuma Bisa Beli 10 Pesawat Boeing
Sun Chanthol mengungkapkan rasa lega sekaligus terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump atas kebijakan tarif 19 persen. (Foto: Khmer Times)
Advertisement . Scroll to see content

PHNOM PENH, iNews.id - Wakil Perdana Menteri Kamboja Sun Chanthol mengungkapkan rasa lega sekaligus terima kasih kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas kebijakan tarif impor yang "masih bisa ditoleransi" oleh negaranya. 

Dalam negosiasi tarif yang disebutnya berlangsung dengan iktikad baik, Chanthol secara jujur menyatakan Kamboja hanya mampu membeli 10 pesawat Boeing sebagai imbal balik untuk AS.

Kamboja setuju untuk membeli 10 pesawat Boeing 737 Max 8 untuk maskapai pelat merah Air Cambodia, dengan opsi untuk membeli 10 pesawat lagi.

"Kami tidak memiliki daya beli yang besar dibandingkan negara lain. Pendekatan kami adalah meletakkan semuanya di atas meja, bernegosiasi dengan iktikad baik, memastikan kedua negara akan mendapat manfaat dari kesepakatan perdagangan ini," ujarnya, kepada Reuters.

Chanthol menjelaskan, tarif awal sebesar 49 persen akan membuat industri garmen dan sepatu Kamboja kolaps. Setelah negosiasi, tarif diturunkan ke angka 36 persen dan akhirnya disepakati di angka 19 persen yang menurutnya cukup kompetitif dibandingkan negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Indonesia.

"Selisih 16 persen itu besar sekali. Produsen bisa kabur ke negara lain. Tapi dengan selisih 5 persen, kami masih bisa hidup,” katanya.

Industri Padat Karya Jadi Taruhan

Sektor manufaktur tekstil dan alas kaki Kamboja mempekerjakan hampir 1 juta buruh, mayoritas perempuan, yang menghidupi hingga lima anggota keluarga per rumah tangga. 

Tanpa kelonggaran tarif, kata Chanthol, dampaknya bisa sangat besar bagi jutaan warganya.

“Kalau tarif tetap tinggi, industri kami runtuh, dan akan terjadi pengangguran massal,” tuturnya.

Surplus Dagang Besar, Tapi Daya Beli Terbatas

Ekspor Kamboja ke pasar AS pada 2024 mencapai hampir 10 miliar dolar AS atau 37,9 persen dari total ekspor nasional. Mayoritas berupa tekstil dan sepatu. Namun di balik angka ekspor yang tinggi, Chanthol mengakui daya beli negaranya masih terbatas.

Pendekatan Kamboja dalam negosiasi dengan AS disebut Chanthol sebagai meletakkan semua kartu di atas meja. Baginya, kejujuran dan iktikad baik adalah kunci agar kedua negara dapat memperoleh manfaat bersama dari kerja sama dagang.

“Ini bukan soal siapa menang. Ini soal memastikan kedua pihak mendapatkan sesuatu yang berarti. Kami hanya minta kesempatan untuk bertahan,” tuturnya.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut