Kapal Kargo Bawa 3.700 Mobil Baru Terbakar 3 Hari, Api Belum Juga Padam

AMSTERDAM, iNews.id - Kapal kargo membawa hampir 4.000 mobil masih terbakar di lepas pantai Belanda pada Jumat (28/7/2023) atau sudah 3 hari. Kapal itu ternyata membawa hampir 500 unit mobil listrik. 

Sebelumnya kapal bernama Fremantle Highway itu disebut membawa 25 mobil listrik yang salah satunya diduga menjadi pemicu kebakaran pada Selasa (25/7/2023) malam.

Baca Juga

Makin Nekat, Israel Luncurkan Rencana Perluasan Permukiman Baru di Dekat Perbatasan Mesir

Perusahaan yang menyewa kapal tersebut, K Line (Kawasaki Kisen Kaisha), memastikan jumlah mobil listrik yang berada di dalamnya yakni 498 unit. Angka itu jauh melebihi seperti dilaporkan Penjaga Pantai Belanda sebelumnya, yakni 25 unit.

Insiden tersebut menewaskan seorang kru yakni warga India. Total ada 23 kru di kapal, beberapa lainnya menderita luka. Selain menghirup asap, para kru yang luka disebabkan loncat ke laut untuk menghindari api yang cepat menyebar.

Baca Juga

Kapal Kargo Bawa Ribuan Mobil Baru Terbakar di Pantai Belanda, 1 Orang Tewas

K Line menambahkan, total ada 3.783 mobil baru yang dibawa kapal berbendera Panama itu. Meski demikian, perusahaan menolak menyebutkan brand mobil yang berada di dalam kapal, termasuk apakah ada mobil buatan pabrikan Jepang atau tidak.

Sementara itu Penjaga Pantai Belanda menyatakan, penyebab kebakaran belum diketahui pasti. Meski demikian, petugas tanggap darurat setempat mengatakan dalam rekaman video yang dirilis stasiun televisi RTL, kebakaran dimulai pada bagian yang menampung mobil listrik.

Api yang dihasilkan dari baterai lithium-ion yang digunakan pada mobil listrik diketahui memiliki energi dua kali lipat dari api biasa.

Otoritas Maritim Panama dan Belanda membantu penyelidikan tersebut.

Fremantle Highway memiliki panjang 199 meter. Api belum bisa dipadamkan meski kebakaran sudah berlangsung sejak Selasa dini hari.

Posisi kapal berada sekitar 17 km dari pantai paling utara Belanda. Kebakaran terjadi saat perjalanan dari Jerman ke Mesir.

Editor: Anton Suhartono