Kapal Selam Rudal Nuklir AS Merapat ke Korsel untuk Pertama Kali, Peringatan bagi Korut
SEOUL, iNews.id - Kapal selam Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) dilengkapi rudal balistik nuklir singgah di Korea Selatan (Korsel). Ini merupakan kali pertama kapal selam bersenjata rudal nuklir (SSBN) AS singgah di Korsel sejak 1980.
Kehadiran kapal selam AS itu sebagai upaya membantu sekutunya di kawasan terkait ancaman senjata nuklir Korea Utara (Korut).
Koordinator Indo-Pasifik Gedung Putih Kurt Campbell mengonfirmasi kehadiran kapal selam itu, Selasa (18/7/2023). Sebelumnya sudah beredar informasi bahwa AS akan mengirim kapal itu yang memicu kemarahan Korut.
"Seperti yang kita bicarakan, satu kapal selam nuklir AS sedang berlabuh di Busan hari ini. Ini adalah kunjungan pertama kapal selam nuklir AS dalam beberapa dekade," kata Campbell, di Seoul, dikutip dari Reuters.
Dia berada di Korsel untuk menghadiri diskusi Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) pertama bersama para pejabat Korsel. NCG bertemu untuk mengoordinasikan langkah-langkah tanggapan nuklir lebih baik jika terjadi perang melawan Korut.
Campbell menambahkan, kunjungan kapal selam tersebut merupakan wujud komitmen AS terhadap pertahanan Korsel.
Sebelumnya, Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korut Kim Jong Un, memperingatkan AS untuk meninggalkan tindakan bodoh yang membahayakan keamanan nasionalnya. Dia juga menegaskan akan menolak tawaran negosiasi jika tak mengubah perilaku permusuhannya.
"Amerika Serikat harus menghentikan tindakan bodoh yang bisa membahayakan keamanannya dengan memprovokasi kami," kata Kim Yo Jong.
Dia juga mengkritik rencana AS untuk mengirim kapal selam pembawa rudal balistik nuklir ke Korsel.
Menurut Kim Yo Jong, upaya untuk memperluas pencegahan oleh AS dan sekutunya hanya menjauhkan Korut dari meja perundingan.
"Amerika Serikat sedang berdelusi jika percaya bahwa itu bisa menghentikan kemajuan yang kami raih dan mencapai perlucutan senjata yang tidak bisa diubah dengan menghentikan latihan militer gabungan sementara, pengerahan aset strategis, atau pelonggaran sanksi," katanya.
Editor: Anton Suhartono