SEOUL, iNews.id – Penangkapan dan penyitaan kapal tanker berbendera Korea Selatan oleh otoritas Iran di Teluk Persia, menuai reaksi dari Seoul. Menteri Luar Negeri (Menlu) Korsel, Kang Kyung Wha mengatakan, instansinya melakukan upaya diplomatik untuk membebaskan kapal tanker bernama Hankuk Chemi itu.
Kantor berita Yonhap melaporkan, Kang Kyung Wha langsung mengontak rekan-rekannya di Iran, begitu mendengar kabar penyitaan kapal itu, Senin (4/1/2021) kemarin. Kini, Kemlu Korsel sedang berdialog dengan para diplomat di Teheran dan Seoul untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Analis: Stok Rudal Iran Melimpah Membuat Israel Ketar-ketir!
Korps Garda Revolusi Iran menangkap kapal tanker itu di perairan Teluk Persia dan menahan para awaknya. Di antara awak kapal yang ditangkap termasuk di dalamnya warga negara Korea Selatan, Indonesia, Vietnam, dan Myanmar.
Akan tetapi, tidak disebutkan berapa jumlah orang yang ditahan. Menurut laporan media Iran, kapal tanker itu disita di kota pelabuhan, Bandar Abbas.
Militer Iran Gelar Latihan Drone Besar-besaran Hari Ini, Ada Apa?
Insiden itu terjadi di tengah menegangnya hubungan Teheran dan Seoul menyusul pembekuan dana Iran di bank-bank Korea Selatan sebagai akibat sanksi dari Amerika Serikat.
Media lokal melaporkan, Garda Revolusi Iran menangkap kapal tanker Hankuk Chemi dengan tuduhan menyebabkan pencemaran di Teluk Persia. Saat ditangkap, kapal itu sedang membawa 7.200 ton etanol.
Iran Sita Kapal Tanker Korsel di Teluk, Tahan Sejumlah Awak Termasuk ABK Indonesia
Insiden itu terjadi menjelang kunjungan wakil menteri luar negeri Korea Selatan ke Teheran. Kemlu Iran pada Senin (4/1/2020) menyatakan, kunjungan tersebut akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang. Salah satu agendanya adalah membahas permintaan Teheran agar Seoul mencairkan dana Iran sejumlah 7 miliar dolar AS yang dibekukan di bank-bank Korsel.
Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran pada 2018 setelah Washington DC menarik diri dari Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dan tujuh kekuatan dunia (AS, China, Prancis, Inggris, Rusia, Jerman, dan Uni Eropa). Namun, Irann menyebut sanksi AS itu hanya sebagai wujud persaingan ekonomi.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku