Kasus Teror Paket Bom: Tersangka Pelaku Adalah Pendukung Trump
WASHINGTON, iNews.id - Seorang pria berusia 56 tahun ditangkap di Florida terkait rangkaian pengiriman paket bom lewat pos yang ditujukan kepada para penentang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Pria itu, Cesar Sayoc, dikenakan lima sangkaan pidana, antara lain mengirimkan bahan peledak dan mengancam mantan presiden.
Presiden Donald Trump mengatakan tindakan pria itu tercela dan tidak memiliki tempat di AS.
Sebanyak 14 item dikirim dalam beberapa hari terakhir ke berbagai tokoh, antara lain mantan Presiden Barack Obama, mantan Menlu dan capres Hillary Clinton, pengusaha filantropis George Soros, dan aktor Robert de Niro.
Dua ditemukan di Florida dan New York City pada Jumat (26/10/2018) pagi. Tak lama kemudian, dua lagi ditemukan di California.
Peristiwa ini terjadi kurang dari dua pekan sebelum pemilu paruh waktu paruh waktu di AS, di tengah situasi politik yang sangat terbelah.
Laporan media menyatakan, tersangka Cesar Sayoc ditangkap di sebuah toko suku cadang kendaraan di kota Plantation, Florida.
Direktur FBI Christopher Wray mengungkapkan dia ditahan setelah sidik jarinya diduga ditemukan pada salah satu paket. Kementerian Kehakiman menyebut tersangka terancam hukuman hingga 48 tahun penjara.
"Kami tidak akan mentoleransi pelanggaran hukum macam itu, terutama kekerasan bermotif politik," kata Jaksa Agung AS, Jeff Sessions, seperti dilaporkan BBC, Sabtu (27/10/2018).
"Ini merupakan pelajaran bagi siapa pun, terlepas dari keyakinan politik mereka, bahwa kami akan menggunakan hukum sepenuhnya terhadap Anda."
Lembaga-lembaga penegak hukum mengatakan Cesar Sayoc terdaftar sebagai seorang anggota Partai Republik. Dia tinggal di Aventura, Florida, namun dilaporkan sering bepergian ke New York.
Dia sudah pernah ditangkap dan dihukum satu tahun masa percobaan untuk pasal mengancam dengan bom di Miami-Dade County pada 2002. Sayoc juga sudah memiliki catatan kriminal sejak tahun 1991.
Saat berusia 29 tahun, dia pernah ditangkap atas tuduhan pencurian. Setelah itu dia pernah juga dihadapkan pada tuduhan penipuan dan pemerasan. Catatan pengadilan menunjukkan Sayoc pernah mengajukan diri bangkrut pada 2012 saat tinggal bersama ibunya.
Sebuah catatan tulisan tangan dalam laporan kebangkrutannya berbunyi, "Tinggal bersama ibu. Tidak memiliki perabotan."
Pada 1980, dia menjadi mahasiswa di Brevard College di North Carolina, kata juru bicara universitas itu kepada BBC News. Dia tidak lulus, dan hanya kuliah hingga tiga semester.
Para pejabat AS menyatakan bukti DNA digunakan untuk melacaknya.
Setelah penangkapannya, berbagai saluran televisi AS menyiarkan langsung gambar sebuah mobil van putih, yang dikatakan milik Sayoc, yang diangkut ke atas sebuah trailer di Plantation dan diderek untuk diperiksa.
Jendela-jendela mobil itu penuh tengan tempelan gambar. Antara lain gambar Presiden Trump berdiri di atas sebuah tank, dan gambar Hillary Clinton dengan lingkaran bidik senapan pada wajahnya.
Akun Twitter dan Facebook atas nama Cesar Altieri dan Cesar Altieri Randazzo, yang diyakini digunakan oleh tersangka, dibekukan.
Berbicara di sebuah acara di Gedung Putih, Trump memuji para penegak hukum yang dengan cepat menangkap tersangka. Dia menyebut pencarian itu tak ubahnya 'mencari jarum di tumpukan jerami'.
"Aksi teror ini sangat tercela dan tidak punya tempat di negara kita," katanya.
Mantan kepala intelijen James Clapper, salah satu penerima paket, mengatakan kepada CNN, "Ini jelas terorisme domestik, tidak ada keraguan dalam benak saya."
Dia mengatakan siapa pun yang pernah mengritik Trump perlu waspada dan mengambil tindakan kewaspadaan ekstra.
Rangkaian peringatan tentang kiriman bom bermula pada Senin (22/10/2018), saat perangkat mencurigakan ditemukan di kotak pos pengusaha dan filantropi George Soros, seorang donor utama Partai Demokrat.
Menurut FBI, sudah 13 paket bom dikirim kepada 11 orang, yaitu pengusaha dan filantropi George Soros, Mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, Mantan Presiden AS Barack Obama, Mantan Wakil Presiden AS Joe Biden (dua paket), Mantan Direktur CIA John Brennan (terkait CNN), Mantan Jaksa Agung AS Eric Holder, anggota kongres Maxine Waters (dua paket), aktor Robert De Niro, senator Demokrat Cory Booker, mantan direktur inteljen nasional, James Clapper, senator Demokrat Kamala Harris, serta paket terakhir yang dikirimkan kepada Tom Steyer, seorang miliarder donor Partai Demokrat.
Sejauh ini tak ada perangkat yang benar-benar meledak.
Editor: Nathania Riris Michico