MOSKOW, iNews.id – Rusia memperingatkan keputusan Uni Eropa mengembargo sebagian produk minyak Rusia kemungkinan akan mengacaukan pasar energi global. Moskow pun menyebut langkah itu dapat menjadi bumerang yang hanya “menghancurkan diri sendiri” bagi Uni Eropa.
Pada Senin (30/5/2022) lalu, para pemimpin Uni Eropa pada prinsipnya sepakat untuk memangkas sebesar 90 persen impor minyak dari Rusia pada akhir tahun ini. Kebijakan itu menjadi sanksi paling berat yang pernah dijatuhkan blok tersebut sejak dimulainya agresi militer Rusia di Ukraina.
Saatnya Menagih Janji Zohran Mamdani Menangkap PM Israel Benjamin Netanyahu
“Keputusan Uni Eropa untuk memotong sebagian minyak dan produk minyak Rusia, serta melarang asuransi pada kapal dagang Rusia, kemungkinan besar akan memicu kenaikan harga lebih lanjut, mengacaukan pasar energi, dan mengganggu rantai pasokan,” ungkap Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Kamis (2/6/2022).
Uni Eropa telah menjatuhkan serangkaian sanksi terhadap Rusia sejak Moskow mulai menggempur Ukraina pada Februari lalu.
Inggris Benarkan Rusia Kuasai Sebagian Besar Kota Industri Sievierodonetsk di Ukraina
Presiden Dewan Eropa, Charles Michel mengatakan, pemangkasan impor minyak Rusia akan membuat Moskow kehilangan sumber pembiayaan yang besar. Langkah itu diharapkan dapat menekan Moskow untuk mengakhiri operasi militernya di Ukraina. Akan tetapi, Rusia memperingatkan bahwa tindakan itu pada gilirannya hanya akan merugikan ekonomi Uni Eropa.
AS Tak Melihat Tanda-Tanda Rusia Bakal Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina
“Brussels (Ibu Kota Belgia yang menjadi markas Uni Eropa—red) dan sponsor politiknya di Washington DC bertanggung jawab penuh atas risiko memburuknya masalah pangan dan energi global yang disebabkan oleh tindakan tidak sah Uni Eropa,” kata Kemlu Rusia lagi.
Rusia meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, setelah Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk (DPR dan LPR) meminta bantuan untuk membela diri dari provokasi pasukan Kiev. DPR dan LPR adalah dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.
Rusia mengklaim, tujuan dari operasi khusus itu adalah untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, operasi itu juga untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran “genosida” oleh rezim Kiev selama delapan tahun terakhir.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku