Kenapa Portugal Mengakui Palestina?
LISBON, iNews.id - Portugal resmi bergabung dengan sejumlah negara Barat mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Pengumuman tersebut disampaikan pada Minggu (21/9/2025), menandai langkah diplomatik penting yang selaras dengan kebijakan luar negeri Portugal selama ini.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Portugal Paulo Rangel menyebut pengakuan ini bukan keputusan mendadak, melainkan realisasi dari garis kebijakan luar negeri negaranya yang fundamental, konstan, dan mendasar.
“Portugal menyerukan solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian yang adil dan abadi,” ujarnya di New York, Amerika Serikat, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (22/9/2025).
Ada beberapa alasan mengapa Portugal mendeklarasikan pengakuan negara Palestina, menyusul Inggris, Kanada, dan Australia yang lebih dulu melakukannya. Alasan semua negara memiliki kemiripan yakni menghidupkan kembali prospek solusi dua negara sebagai jalan untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng di kawasan.
Rangel menegaskan meskipun pengakuan ini tidak serta-merta menghapus bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza akibat serangan Israel, langkah Portugal tetap memiliki arti besar. Dia menilai pengakuan Palestina dapat menghidupkan kembali prospek solusi dua negara yang selama ini semakin meredup.
Selain menyoroti pentingnya solusi politik, Rangel menekankan urgensi gencatan senjata di Jalur Gaza. Menurutnya, tanpa penghentian kekerasan, mustahil tercapai jalan keluar damai yang bisa diterima kedua pihak.
Rangel juga menegaskan bahwa pengakuan Portugal terhadap Palestina tidak berarti memberikan legitimasi bagi Hamas. Dia mendesak kelompok itu untuk segera membebaskan seluruh sandera Israel yang masih ditahan di Gaza. Lebih jauh, dia menolak gagasan bahwa Hamas boleh memiliki kendali, baik di Gaza maupun di luar wilayah itu.
Dengan langkah ini, Portugal menunjukkan komitmennya terhadap penyelesaian konflik Timur Tengah melalui jalur diplomasi. Dukungan terhadap Palestina dipandang sebagai bagian dari upaya internasional untuk menekan Israel agar menghentikan kekerasan sekaligus mendorong dimulainya kembali perundingan perdamaian.
Editor: Anton Suhartono