Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut 30.000 Orang di Ukraina Tewas dalam Perang Lawan Rusia
Advertisement . Scroll to see content

Kenapa Rusia Tak Pakai Bom Nuklir Lawan Ukraina? Ini Penjelasan Lengkapnya

Senin, 05 Mei 2025 - 13:08:00 WIB
Kenapa Rusia Tak Pakai Bom Nuklir Lawan Ukraina? Ini Penjelasan Lengkapnya
Rusia tak menggunakan bom nuklir dalam perang melawan Ukraina karena doktrin militer belum membolehkannya (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pertanyaan kenapa Rusia tak pakai bom nuklir lawan Ukraina kerap muncul di tengah lamanya konflik antara kedua negara. Tak semudah itu menggunakan senjata nuklir atau bisa memicu bencana dan dampak global.

Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, banyak pihak memperkirakan Moskow akan menggunakan seluruh kekuatan militernya untuk memenangkan perang dengan cepat. 

Namun, hingga lebih dari 3 tahun berlalu, senjata nuklir belum dikerahkan.

Alasan Utama Rusia Tak Gunakan Senjata Nuklir

Presiden Rusia Vladimir Putin secara terbuka menyampaikan bahwa negaranya tidak perlu menggunakan bom nuklir untuk memenangkan perang di Ukraina. Dalam forum ekonomi pada Juni 2024, Putin menegaskan kondisi konflik belum memenuhi kriteria penggunaan senjata nuklir, berdasarkan doktrin militer Rusia saat itu.

Menurut Putin, penggunaan bom nuklir hanya mungkin dalam situasi luar biasa, yakni jika ada ancaman nyata terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Rusia.

“Penggunaannya dimungkinkan dalam kasus luar biasa. Saya rasa kasus seperti itu tidak akan terjadi,” ujar Putin.

Doktrin Nuklir Rusia: Ketat dan Bersifat Defensif

Senjata nuklir Rusia diatur secara ketat melalui doktrin militer. Doktrin tersebut menyebut bahwa senjata pemusnah massal hanya digunakan sebagai alat pertahanan terakhir jika negara menghadapi ancaman besar.

Beberapa syarat penggunaan nuklir menurut doktrin tersebut meliputi:

  • Serangan terhadap wilayah Rusia dengan senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya.
  • Ancaman serius terhadap eksistensi negara.
  • Agresi militer dari blok musuh yang bisa mengganggu stabilitas nasional.
  • Revisi Doktrin Nuklir Rusia pada 2024.

Walau Rusia belum memakai bom nuklir, Putin sempat merevisi doktrin nuklir pada November 2024. Langkah ini diambil sebagai respons atas meningkatnya dukungan militer dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan anggota NATO, kepada Ukraina.

Doktrin baru ini menyatakan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir untuk mencegah:

  • Agresi dari kekuatan musuh bersenjata, baik dengan nuklir maupun konvensional.
  • Serangan dari negara-negara yang menyediakan wilayah mereka untuk aksi militer terhadap Rusia.
  • Serangan kolektif, termasuk dari negara non-nuklir yang didukung kekuatan nuklir.

Dokumen itu juga menyoroti potensi proliferasi senjata pemusnah massal, pembangunan sistem rudal di dekat perbatasan, hingga ancaman sabotase lingkungan.

Kenapa Rusia Tak Pakai Bom Nuklir Lawan Ukraina? Karena Belum Mendesak

Inti dari semua penjelasan di atas adalah bahwa penggunaan bom nuklir oleh Rusia dianggap tidak mendesak dan belum diperlukan. Konflik masih berada dalam skala yang dapat diatasi dengan kekuatan konvensional. Selain itu, penggunaan nuklir bisa memicu eskalasi global yang lebih besar dan berbahaya, termasuk keterlibatan langsung negara-negara NATO.

Rusia juga menyadari dampak politis, ekonomi, dan kemanusiaan jika mereka nekat meluncurkan senjata nuklir. Oleh karena itu, opsi nuklir tetap menjadi langkah terakhir yang sangat dihindari.

Pertanyaan kenapa Rusia tak pakai bom nuklir lawan Ukraina? terjawab melalui kebijakan resmi dan sikap hati-hati pemerintah Rusia. Selama syarat dalam doktrin nuklir belum terpenuhi, dan selama konflik bisa dikendalikan dengan senjata konvensional, bom nuklir akan tetap disimpan sebagai opsi terakhir.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut