Keren! Kelompok Siswa Ini Temukan Kereta Bertenaga Surya Pertama di Afsel
JOHANNESBURG, iNews.id – Selama bertahun-tahun, penduduk di Soshanguve, sebuah kota kecil di Afrika Selatan, harus berjuang keras agar dapat menggunakan kereta api sebagai angkutan sehari-hari. Alat transportasi tersebut sering kali tertatih-tatih akibat pemadaman listrik dan pencurian kabel yang marak di kota itu.
Untuk menanggapi krisis listrik tersebut, sekelompok remaja yang terdiri atas 20 siswa, tergerak untuk membuat inovasi bagi kota mereka. Tak main-main, para siswa itu menemukan kereta bertenaga surya—yang bahkan menjadi yang pertama di Afrika Selatan!
Dalam tahap percobaannya, mereka memasang panel fotovoltaik dipasang di atap kereta uji. Selanjutnya, kereta berwarna biru-putih itu pun bergerak di jalur pelintasan uji sepanjang 18 meter yang mereka buat di Soshanguve, yang terletak di sebelah utara Kota Pretoria.
Kereta api adalah moda transportasi termurah di Afrika Selatan. Sebagian besar dari angkutan itu digunakan oleh masyarakat miskin dan kelas pekerja.
“Orang tua kami tidak lagi menggunakan kereta api (karena maraknya) pencurian kabel... dan pemadaman (listrik),” kata salah satu siswa, Ronnie Masindi (18), seperti dilansir dari laman Africa News, Kamis (20/10/2022).
Di kotanya, pemadaman bergilir sering terjadi akibat kegagalan pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah usang dan tidak terawat dengan baik.
Perusahaan listrik negara di Afrika Selatan, Eskom, mulai memberlakukan pemadaman bergilir sejak 15 tahun yang lalu untuk mencegah pemadaman total secara nasional. Penjatahan pemadaman itu makin memburuk selama bertahun-tahun terakhir, sehingga mengganggu aktivitas perdagangan dan industri, termasuk layanan kereta api.
Operator infrastruktur Transnet di Afsel sudah melakukan sejumlah upaya untuk menjaga lalu lintas kereta api tetap lancar sejak tantangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 memicu lonjakan pencurian kabel di negeri itu.
Menurut Survei Perjalanan Rumah Tangga Nasional Afsel, penggunaan kereta api di kalangan pengguna angkutan umum pada 2020 turun hampir dua pertiga dibandingkan dengan 2013. Banyak para pengguna komuter beralih ke taksi minibus yang ongkosnya lebih mahal.
“Kami akhirnya membuat dan membangun kereta bertenaga surya yang menggunakan tenaga panas matahari untuk bergerak, alih-alih listrik,” ujar Masindi.
Kendati demikian, perjuangan para siswa itu bukannya tanpa tantangan. Minimnya dana yang dimiliki membuat mereka terpaksa menunda produksi lokomotif prototipe. Pemerintah kemudian ikut turun tangan.
“(Usaha kami) itu tidak mulus. Ibaratnya mendaki ke puncak tertinggi gunung yang terjal,” kata siswa lainnya, Lethabo Nkadimeng (17).
Dari hasil uji coba mereka, kereta buatan para remaja itu dapat berjalan dengan kecepatan 30 km per jam. Hasil karya mreka lalu dipamerkan di sebuah acara inovasi universitas baru-baru ini.
Untuk saat ini, prototipe kereta bertenaga surya itu dapat menempuh 10 perjalanan bolak-balik di atas trek yang dipasang di halaman sekolah mereka. Menurut rencana, prototipe kereta dengan tenaga surya tersebut akan digunakan untuk penelitian lebih lanjut, dan akhirnya disajikan sebagai model yang bisa diadopsi oleh pemerintah.
Kereta itu juga dilengkapi dengan kursi mobil dan TV layar datar untuk menghibur para penumpang. Untuk itu, para siswa membutuhkan waktu dua tahun untuk membangunnya.
“Apa yang telah kami sadari adalah, jika kami memberikan ruang, sumber daya, dan sedikit bimbingan kepada pelajar kotapraja, mereka dapat melakukan apa pun yang dapat dilakukan oleh setiap pelajar di seluruh dunia,” kata guru pembimbing proyek tersebut, Kgomotso Maimane.
Editor: Ahmad Islamy Jamil