Ketika Putin Interupsi Pidato Pemimpin Afrika Soal Perang Ukraina
MOSKOW, iNews.id - Presiden Rusia Vladimir Putin menginterupsi pidato pembukaan para delegasi Misi Perdamaian Afrika. Dia berupaya meluruskan pandangan para delegasi yang salah terhadap konflik Rusia-Ukraina.
Putin menegaskan Ukraina dan Barat telah memulai konflik jauh sebelum Rusia mengirim angkatan bersenjatanya ke perbatasan pada Februari tahun lalu. Selain itu, Baratlah yang bertanggung jawab atas kenaikan tajam harga pangan global awal tahun lalu dan bukan Rusia.
Ditambah lagi, ekspor biji-bijian Ukraina dari Pelabuhan Laut Hitam yang diizinkan Rusia selama setahun terakhir tidak berdampak apa pun untuk meringankan kesulitan Afrika dengan harga pangan yang tinggi.
"Itu karena sebagian besar komoditas telah pergi ke negara-negara kaya," katanya.
Tak hanya itu, Putin mengatakan, Rusia tidak pernah menolak pembicaraan dengan pihak Ukraina. Namun Kievlah yang memblokir upaya tersebut.
Delegasi Misi Perdamaian Afrika meminta agar semua anak yang terjebak dalam konflik untuk dikembalikan ke tempat asal mereka. Namun Putin mengatakan, Rusia tidak mencegah anak Ukraina untuk kembali ke rumah.
"Kami membawa mereka keluar dari zona konflik, menyelamatkan hidup mereka," katanya.
Sanggahan-sanggahan Putin ini disampaikan setelah presentasi dari para pemimpin Komoro, Senegal, dan Afrika Selatan saat pembicaraan mereka di istana pemerintah dekat St Petersbug, Sabtu (17/6/2023).
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa menjabarkan 10 poin inisiatif Afrika. Sebelumnya, Presiden Komoro Azali Assoumani dan Ketua Uni Afrika saat ini yang juga Presiden Senegal Macky Sall mengatakan kedatangan mereka untuk mendengarkan penjelasan versi Rusia.
Mereka mengaku ingin mendorong Rusia melakukan pembicaraan dengan Ukraina untuk mengakhiri perang yang ada.
"Kami di sini dalam misi ini, sebagai orang Afrika yang harus mengelola banyak konflik. Melalui dialog dan negosiasi, kami berhasil menyelesaikannya," katanya.
Putin mengatakan Rusia terbuka untuk dialog konstruktif dengan siapa pun yang ingin membangun perdamaian. Namun tentunya berdasarkan prinsip keadilan dan pengakuan atas kepentingan sah para pihak.
Namun, Rusia telah mengatakan berulang kali bahwa penyelesaian apa pun harus mempertimbangkan 'realitas baru' seperti aneksasi yang diumumkan atas lima provinsi Ukraina.
Sebelum tiba di Rusia, para delegasi Afrika ini mengunjungi Kiev dan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Di Kiev, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa mengatakan mereka datang untuk berbagi perspektif Afrika. Pembicaraan dengan Rusia juga merupakan bagian dari misi perdamaian tersebut.
Editor: Umaya Khusniah