Kim Jong Un Pamer Kapal Selam Nuklir Pertama Buatan Korea Utara

SEOUL, iNews.id - Korea Utara (Korut) untuk pertama kali menunjukkan kapal selam bertenaga nuklir buatan dalam negeri. Foto-foto kapal selam raksasa itu dirilis kantor berita pemerintah KCNA, Kamis (25/12/2025).

Pemimpin Korut Kim Jong Un juga tampak memeriksa kapal yang dilengkapi rudal itu di fasilitas dalam ruang.

Baca Juga

Kim Jong-un Tembakkan Rudal Jarak Jauh setelah Kapal Selam Nuklir AS Masuk Korea Selatan

Foto-foto menunjukkan kemajuan sifgnifikan yang dicapai Korut dalam membangun kapal selam tersebut, di tengah sanksi yang bertubi-tubi dijatuhkan terhadap negara itu. Kapal selama ini pertama kali diumumkan pada Maret.

Menurut KCNA, kapal tersebut memiliki bobot 8.700 ton, setara dengan sebagian besar kapal selam serang Amerika Serikat (AS) kelas Virginia yang juga bertenaga nuklir.

Baca Juga

Dipamerkan ke Dunia, Seberapa Hebat Rudal Nuklir Antarbenua Korut Hwasong-20?

Dalam sambutannya Kim kembali menekankan pentingnya kapal-kapal tersebut bagi pertahanan Korut. 

"Kami menganggap kemampuan ofensif superkuat sebagai perisai terbaik untuk keamanan nasional dalam mengembangkan angkatan bersenjata," kata Kim, seperti dilaporkan KCNA.

Baca Juga

Korut Punya 2 Ton Uranium Diperkaya 90%, Bisa Ubah Keseimbangan Nuklir Dunia

Membangun kapal selam nuklir menjadi keinginan lama Kim, yang pertama kali membahasnya saat kongres Partai Pekerja pada 2021. 

Namun negara saingannya, Korea Selatan, baru-baru ini juga mendapat restu dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk membuat kapal selam bertenaga nuklir sendiri.

Kapal selam nuklir memiliki banyak keuntungan, bisa bertahan di bawah permukaan air dalam waktu lama, bahkan bertahun-tahun, jika membawa cukup persediaan untuk kru. Sedangkan sebagian besar kapal selam bertenaga konvensional harus muncul ke permukaan untuk mengambil udara guna menjalankan mesin diesel.

Kapal nuklir umumnya lebih cepat daripada kapal selam bertenaga konvensional dan dalam banyak kasus lebih tenang. Saat ini hanya Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, Inggris, dan India yang memiliki teknologi tersebut.

Editor: Anton Suhartono