Kim Jong Un Sebut Perekonomian Korut dalam Kondisi Gawat
SEOUL, iNews.id - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un memperingatkan para pejabat partainya bahwa situasi perekonomian negara dalam kondisi gawat dan menyerukan langkah-langkah perbaikan mendesak.
Dilaporkan kantor berita KCNA, Senin (29/12/2019), pernyataan tersebut disampaikan Kim di hari kedua pertemuan dengan para pejabat partai penguasa pemerintah di Pyongyang.
Pertemuan itu juga membahas sikap yang akan diambil Korut terkait batas waktu bagi Amerika Serikat (AS) untuk mengubah sikapnya dan memberikan konsesi baru dalam pembicaraan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Kim mengatakan sudah saatnya untuk melakukan perubahan yang menentukan pembangunan ekonomi bangsa.
Dia memberi tugas kepada para pejabat untuk segera memperbaiki situasi, termasuk di sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian.
Korut tidak merilis data statistik perekonomian sehingga tak diketahui secara pasti kinerja keuangannya. Namun pada Juli 2019, bank sentral Korea Selatan memperkirakan, perekonomian Korut pada 2018 menyusut sebesar 4,1 persen.
Pembicaraan denuklirisasi Semenanjung Korea antara Kim dan Presiden Donald Trump mengalami kebuntuan sejak pertemuan mereka di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019. AS ingin Korut melucuti nuklirnya terlebih dulu, sementara pemerintahan Kim ingin AS mencabut sebagian sanksi terlebih dulu. Inilah poin utama tuntutan Korut kepada AS terkait tenggat waktu untuk mengubah sikap.
China dan Rusia selaku sekutu sekaligus mitra ekonomi terbesar, mengusulkan agar PBB mengurangi sanksi kepada Korut.
Pertemuan para petinggi Partai Buruh digelar sejak Sabtu dan masih berlangsung hari ini. Ini merupakan pertama kalinya rapat pleno para pejabat partai berlangsung lebih dari 2 hari.
Peneliti senior masalah Korut dari Institut Sejong Korsel, Cheong Seong Chang, mengatakan, ini mengindikasikan bahwa Korut menghadapi masalah sangat serius.
"Keputusan Pyongyang untuk menggelar paripurna selama beberapa hari menggambarkan betapa seriusnya mereka memandang kondisi di dalam dan luar negeri," kata Cheong.
Editor: Anton Suhartono