Kisah Benteng Rotterdam, Saksi Bisu Pengasingan Pangeran Diponegoro
JAKARTA, iNews.id - Benteng Rotterdam atau memiliki nama lengkap Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu bangunan peninggalan sejarah yang terletak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di tempat ini lah, pahlawan nasional Pangeran Diponegoro ditawan pada 1833 hingga wafat 8 Januari 1855.
Bangunan bersejarah satu ini terletak di Jalan Ujung Pandang, Bulo Gading, Kota Makassar, tak jauh dari lokasi wisata Pantai Losari Makassar. Kini tempat ini menjadi obyek wisata sejarah di Makassar.
Benteng ini pertama kali dibangun oleh Raja Gowa bernama Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung yang memiliki gelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng pada 1545. Benteng ini awalnya dinamai Benteng Jumpandang atau Benteng Ujung pandang.
Awalnya, benteng ini merupakan salah satu dari 17 benteng yang dibangun oleh Kerajaan Gowa. Dari semuannya, Benteng Jumpandang lah yang paling megah.
Bentuk awalnya hanya berbentung segi empat. Namun saat Kerajaan Gowa-Tallo kalah dan jatuh ke tangan VOC melalui Perjanjian Bongaya pada 1667, benteng ini dibangun ulang hingga menjadi seperti yang tampak saat ini sekaligus berganti nama.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Cornelis Janzoon Speelman mengubah namanya Benteng Jumpandang menjadi Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di negeri kincir angin.
Benteng ini menjadi saksi bisu saat Pangeran Diponegoro diasingkan oleh penjajah hingga akhirnya wafat. Sebelum ditawan di Benteng Rotterdam, Pangeran Diponegoro terlebih dulu diasingkan di Manado.
Ada sebuah bangunan kecil yang ditempati Pangeran Diponegoro selama ditahan. Hingga saat ini pun, bangunan kecil tempat tinggal Pangeran Diponegoro masih terawat.
Meski diasingkan, Pangeran Diponegoro tak hanya berdiam diri. Pangeran Diponegoro mengisi hari-harinya dengan menyusun catatan tentang budaya Jawa, misalnya wayang, mitor, sejarah, dan ilmu pengetahuan.

Kini Benteng Fort Rotterdam menjadi lokasi wisata yang dapat dikunjungi saat berkunjung ke Makassar. Luas total benteng ini mencapai 2,5 hektare dengan 16 buah bangunan dengan luas 11.605,85 meter persegi.
Ada beberapa bangunan di Benteng Rotterdam yang digunakan sebagai museum dan masuk dalam pengawasan kantor Badan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan.
Ada lima bastion atau selekoh yang artinya sudut atau penjuru yang dibangun menjorok keluar pada dinding benteng dan dipersenjatai dengan artileri yang menjadi ciri khas bangunan ini. Kelima bastion tersebut yaitu Bastion Bone, Bastion Bacan, Bastion Buton, Bastion Mandarasyah dan Bastion Amboina.
Di dalam ruangan tempat menahan Pangeran Diponegoro, terdapat peralatan salat, Al-Quran dan tempat tidur. Namun demikian, pengunjung tak dibolehkan masuk, hanya mengintip dari jendela.
Editor: Umaya Khusniah