Kisah Michelle Obama yang Masih Didera 'Penyakit' Tak Percaya Diri
LONDON, iNews.id - Michelle Obama mengaku masih suka gugup dan dilanda tidak percaya diri bahkan sesudah delapan tahun di Gedung Putih, hingga saat ini.
"Imposter syndrome atau rasa tidak percaya diri itu tidak pernah hilang," katanya.
Mantan ibu negara Amerika Serikat (AS) tersebut mengemukakannya dalam sebuah acara terkait rangkaian tur promosi bukunya di Royal Festival Hall, London.
Tiket masuk untuk menyaksikan acara itu ludes terjual, puluhan ribu orang berebut untuk menyaksikan acara tersebut.
Dalam acara bincang-bincang itu, Michelle pun mengenang bagaimana Ratu Inggris, Elizabeth II mengabaikan protokol kerajaan dan menyebutnya "omong kosong" ketika keluarga Obama mengunjungi Kastil Windsor.
Dia mengungkapkan bahwa ia diterjang panik tentang bagaimana harus berperilaku, namun sang Ratu mengatakan: "Santai saja".
Pada Senin (3/12), Nyonya Obama ini berbincang dengan penulis Chimamanda Ngozi Adichie di Southbank Centre untuk mempromosikan buku otobiografi barunya yang berjudul Becoming.
Lebih dari 40.000 orang mencoba mendapatkan tiket daring saat acara itu akan digelar.
Dan pada bulan lalu, memoarnya itu memecahkan rekor penjualan sebagai buku terlaris yang dirilis tahun ini, selang 15 hari setelah diterbitkan.
"Saya masih diliputi rasa tidak percaya diri yang tidak pernah hilang, bahwa saya didengar orang," kata Michelle, saat ditanya soal bagaimana perasaannya karena dianggap sebagai 'simbol harapan'.
"Itu tidak hilang, perasaan bahwa saya sebetulnya tidak dianggap. Apa yang saya kuasai? Saya katakan sekarang, kita semua memiliki keraguan akan kemampuan kita, tentang kekuatan kita dan apa kekuatan itu," tuturnya,
"Jika saya memberi harapan kepada orang-orang, maka itu adalah sebuah tanggung jawab, jadi saya harus memastikan bahwa saya bertanggung jawab. Kita tidak punya pilihan lain selain memastikan bahwa kita sebagai orang yang lebih tua memberikan alasan bagi generasi muda untuk berharap."
Sindrom imposter merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan tidak nyaman atau meragukan kemampuan diri, meski keraguan itu tak berdasar.
Selama acara bincang itu, Michelle Obama juga mengenang saat dia bersama Presiden Barack Obama mengunjungi Ratu Elizabeth II.
"Semua protokol kerajaan berdengung di kepala saya dan saya seperti 'jangan terjatuh di tangga dan jangan sentuh siapa pun, apa pun yang terjadi," ujarnya.
"Dan Ratu mengatakan 'santai saja, duduk di mana saja.' . Dan dia mengatakan sesuatu lalu saya langsung mengingat-ingat protokolernya, lalu dia menukas 'Ah semua itu omong kosong, santai saja'," kisah Michelle.
Sebelum menjadi ibu negara dua periode, Michelle Obama adalah seorang pengacara dan memimpin lembaga Let Girls Learn, yang mempromosikan pendidikan untuk anak-anak perempuan di seluruh dunia.
Di Southbank Centre, Michelle memaparkan pengalamannya sebagai perempuan kulit hitam yang dijadikan karikatur.
"Ukuran pinggul kita, gaya kita, apa yang kita bawa, menjadi sorotan, tetapi kemudian kita digambarkan buruk. Saran saya untuk para perempuan muda, kalian harus mengenyahkan pandangan buruk itu. Pertanyaan yang saya ajukan sendiri - 'apakah saya cukup bagus?' - Itu menghantui kita. Karena pesan yang disampaikan di masa kecil kita adalah: mungkin kita tidak mampu, jangan berharap terlalu tinggi, jangan bicara terlalu keras," papar Michelle.
Mantan ibu negara mengatakan, itulah yang terjadi dulu pada perempuan dari kelas bawah atau berperempuan kulit berwarna, karena orang-orang yang berada di kelas atas berupaya membuat mereka 'tidak berharga".
"Nyatanya," tambah Michelle, "Saya mungkin sudah menduduki berbagai posisi di organisasi-organisasi penting. Saya sudah pernah bekerja di berbagai organisasi nirlaba, yayasan, perusahaan, jadi anggota dewan komisaris perusahaan, KTT, PBB. Mereka tidak."
Editor: Nathania Riris Michico