Kisah Pata Seca, Budak Brasil Punya 249 Anak karena Disuruh Majikan Berhubungan dengan Banyak Wanita (II-Habis)
BRASILIA, iNews.id – Pata Seca lahir di Sorocaba, Sao Paulo hampir dua abad silam. Kala itu, Brasil masih menjadi jajahan Portugis. Kebanyakan orang yang tinggal di sana adalah keturunan Eropa. Ada yang berasal dari Jerman, ada pula orang Italia dan Spanyol. Ada juga pengaruh Belanda yang cukup besar di sepanjang pantai timur laut.
Perbudakan di Brasil masih kuat pada waktu itu. Apalagi dengan para budak asal Afrika. Pedagang budak Belanda membawa sekitar 600.000 budak Afrika ke Benua Amerika. Jumlah itu mencakup sekitar 5 hingga 6 persen dari total jumlah perdagangan budak transatlantik.
Laman Medium pada Sabtu (19/8/2023) melansir, Pata Seca adalah pria luar biasa dengan fisik yang kuat. Tapi, dia juga salah satu dari banyak orang kulit hitam malang yang diculik dan diperbudak. Tidak ada catatan tentang orang tua atau saudara kandungnya, kareana dia terpisah dari mereka pada usia yang sangat belia. Dia tidak pernah melihat atau mendengar kabar tentang mereka lagi.
Sementara majikannya, Joaquim Jose de Oliveira, memaksanya bekerja sebagai buruh lapangan dan budak pembiakan.
Secara fisik, Pata Seca sangat kuat. Tinggi badannya pun lebih dari 2,1 meter. Dia juga sangat karismatik, cerdas, dan berani. Panggilan Pata Seca yang disematkan orang-orang keadanya memiliki arti “kaki kering” dalam bahasa Portugis.
Ada beragam spekulasi mengenai asal-usul julukan itu. Beberapa orang mengatakan, dia dipanggil seperti itu karena bisa berjalan tanpa alas kaki di tanah yang panas dan tidak merasakan sakit. Ada juga yang bilang dia memiliki kondisi kulit yang membuat kakinya sangat kering.
Sementara “teori” yang lebih menarik menyebutkan, dia mendapat julukan itu lantaran ke mana pun dia pergi, dia tidak meninggalkan jejak, sehingga menyulitkan para penculiknya untuk melacaknya.
Saat Pata Seca ditangkap, dia dibawa ke Vila Sorocaba dan dijual ke Visconde da Cunha Bueno, seorang pria kulit putih pemilik perkebunan yang menghasilkan kopi dan menjalani kehidupan yang relatif mewah. Pada saat itu, ada takhayul yang populer bahwa pria jangkung dan kuat dengan tulang kering kurus dapat menghasilkan lebih banyak bayi laki-laki. Sementara kebutuhan budak pada waktu itu sangat tinggi untuk kerja paksa. Akhirnya jadilah Pata Seca menjalani status sebagai budak pembibitan, atau dalam istilah yang lebih kasarnya “peternak budak”.
Saat dia diperbudak, Pata Seca tidak punya pilihan selain melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan wanita budak yang tak terhitung jumlahnya. Dia harus menghasilkan lebih banyak anak yang juga akan diperbudak oleh bangsa kulit putih. Anak-anak ini juga dapat diperjualbelikan sebagai komoditas di pasar budak.
Anak-anak budak yang lahir dalam hubungan semacam ini sering kali berada di bawah pengawasan tuan mereka. Wanita dan pria kulit putih sering mengambil anak-anak dari orang tua mereka dan membawa mereka ke rumah besar sang majikan.
Pada mulanya, anak-anak budak ini dijadikan pelayan yang melakukan pekerjaan rumah tangga dan bekerja berjam-jam. Dengan cara ini, majikan dapat mengendalikan apa yang dimakan anak-anak. Mereka ingin memastikan anak-anak tetap bugar untuk melaksanakan tugas yang berbeda. Ketika mereka dewasa, banyak dari anak-anak ini kelak digunakan sebagai budak pembibitan seperti Pata Seca. Terutama anak laki-laki.
Agar dapat melakukan tugasnya sebagai “mesin pabrik budak” yang sempurna, Pata Seca diberi makan dengan baik dan mendapat pemeriksaan kesehatan yang cermat. Menurut keluarganya, sepanjang hidupnya Pata Seca telah memiliki 249 anak dari wanita berbeda.
Masih menurut Medium, meski Pata Seca menderita sebagai budak, dia tetap mencintai anak-anaknya. Dia mengajari mereka keterampilan penting seperti membaca, berkelahi, dan bertahan hidup. Banyak dari anak-anak itu menjadi pemimpin komunitas budak kulit hitam yang melawan rezim budak.
Pada Abad ke-19 di Brasil, orang kulit hitam secara harfiah tidak dianggap manusia. Dan sangat sedikit dari mereka yang dapat hidup lama. Jika Pata memang hidup mencapai 130 tahun, seperti yang dikatakan penduduk setempat dan keluarganya, maka dia akan memecahkan rekor.
Pata Seca dipaksa melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan banyak wanita berbeda setiap hari. Dia tidak bisa menolak, karena dia tidak punya hak untuk itu. Jadi, jika dia melakukannya sepanjang hidupnya, wajar bila pria itu dapat memiliki lebih dari 200 anak.
Sebagian besar kehidupan Pata Seca tetap menjadi misteri. Dia dilahirkan dalam periode yang sangat kejam dan menjijikkan. Ada hal-hal yang terjadi yang bahkan tidak bisa kita pahami dengan standar dan ukuran zaman sekarang.
Pata Seca memang menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam perbudakan. Namun, dia juga menyaksikan perbudakan dihapuskan di Brasil pada 1888. Dia hidup lebih lama dari banyak orang yang dia kenal dan melihat Brasil berubah dari negara yang bergantung pada tenaga kerja budak, menjadi masyarakat modern yang kita kenal sekarang. ***
Jangan lupa baca kisah Pata Seca bagian 1!
Editor: Ahmad Islamy Jamil