Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 600 Dokter Diterjunkan ke Wilayah Bencana Sumatra, dari Koas hingga Spesialis
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Perdana Menteri Bhutan yang Praktik Dokter Setiap Sabtu

Jumat, 10 Mei 2019 - 05:02:00 WIB
Kisah Perdana Menteri Bhutan yang Praktik Dokter Setiap Sabtu
Lotay Tshering (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

THIMPHU, iNews.id - Tidak banyak orang yang tahu bahwa Perdana Menteri Bhutan Lotay Tshering merupakan seorang dokter spesialis. Meskipun menduduki jabatan penting di negara Himalaya itu, Tshering tetap mempraktikkan keahliannya.

Setiap Sabtu, dia melayani pasien dengan melakukan operasi di Rumah Sakit Rujukan Nasional Jigme Dorji Wangchuck.

Saat ditemui AFP pada Sabtu pekan lalu, Tshering baru saja mengoperasi kandung kemih pasien.

"Bagi saya ini adalah aktivitas untuk mengurangi stres," kata pria yang baru setahun menjabat PM itu, seperti dikutip dari AFP, Kamis (9/5/2019).

"Beberapa orang bermain golf, yang lainnya memanah, dan saya suka operasi. Saya hanya menghabiskan akhir pekan saya di sini," kata pria 50 tahun itu, menambahkan.

Karena sudah terbiasa melakukan praktik, Tshering mendapat perlakuan seperti biasa, meskipun dia seorang pemimpin negara berpenduduk 750.000 jiwa itu. Semua aktivitas berjalan normal.

Pria yang sempat menimba ilmu dan melakukan praktik di Bangladesh, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat, itu memulai karier politiknya pada 2013. Namun saat itu partainya gagal dalam pemilu.

Setelah gagal dalam pemilu, Tshering punya pekerjan baru yang mulia. Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck memerintahkannya memimpin tim dokter untuk masuk ke desa-desa terpencil guna memberikan perawatan medis gratis.

Setelah menjadi perdana menteri, dia menghabiskan setiap Sabtu untuk merawat pasien yang dirujuk. Sementara setiap Kamis pagi sebelum memulai pekerjaan sebaga perdana menteri dia memberikan pelatihan kepada dokter dan Minggu dihabiskan bersama keluarga.

Di kantor perdana menteri pun, jas dokter tak lepas dari kursinya. Tshering sengaja menggantungkan jas dokternya di sandaran kursi sebagai pengingat janji saat kampanye bahwa dia akan fokus memberikan perawatan kesehatan kepada yang membutuhkan.

Pasien tidak harus membayar untuk mendapat perawatan kesehatan di Bhutan.

Pendekatan layanan kesehatan yang dilakukan Tshering menunjukkan hasil. Negara ini mengalami peningkatan besar dalam usia harapan hidup, penurunan angka kematian bayi, dan penghapusan penyakit menular.

"Perlah-lahan, sekarang kita harus fokus pada perawatan kesehatan sekunder dan tersier," kata Tshering.

Politik, kata dia, mirip dengan profesi dokter.

"Di rumah sakit saya memeriksa dan merawat pasien. Di pemerintahan, saya mengecek kebijakan kesehatan dan berusaha menjadikannya lebih baik," katanya.

"Saya akan terus melakukan ini sampai mati dan saya rindu tidak bisa berada di sini setiap hari," ujarnya.

Bahkan, saat dia mengendarai mobil sendiri di ibu kota Thimphu menuju kantor perdana menteri, selalu ada dorongan kuat untuk membelokkkannya ke rumah sakit.

"Setiap kali saya pergi bekerja, saya berharap bisa belok kiri menuju rumah sakit," tuturnya.

Sementara itu seorang pria pasien berusia 40 tahun, Bumthap, mengaku senang dengan pelayanan Thsering. Dia baru menjalani operasi kandung kemih selama 5 jam.

"Saya sudah dioperasi oleh perdana menteri, yang dianggap sebagai salah satu dokter terbaik di negeri ini, saya merasa lega," katanya.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut