Kisah Perjuangan Ulama Indonesia Sebarkan Islam di Cape Town Afsel
JOHANNESBURG, iNews.id - Konsul Jenderal Republik Indonesia di Cape Town, Tudiono berkesempatan menemui Syeikh Muttaqin Rakieb. Syeikh Muttaqin merupakan warga negara Afrika Selatan keturunan Indonesia.
Syeikh Muttaqin generasi kelima keturunan langsung dari Tuan Guru Abdullah bin Qadhi Abdussalam yang dikenal sebagai ulama besar asal Tidore dan diasingkan di Cape Town saat penjajahan Belanda.
"Tuan Guru Abdullah bin Qadhi Abdussalam berperan penting dalam perkembangan Islam di Afrika Selatan," kata Tudiono dalam keterangannya, Sabtu (23/9/2023).
Masjid pertama di Afrika Selatan dibangun Tuan Guru pada 1794. Masjid itu diberi nama Masjid Auwal tersebut dan masih berdiri di Dorp Street di area Bo-Kaap, salah satu konsentrasi komunitas Cape Malay di Cape Town.
Syeikh Muttaqin menceritakan penelusuran jejak nasab keluarga ke Indonesia yang dimulai dari ayahnya, Al Haj Nurel Erefaan Rakiep.
Ayahnya berupaya mengunjungi Tidore di tahun 1980-an namun baru terlaksana pada 1992.
Setahun kemudian Syeikh Mutaqqin sendiri berkesempatan pergi ke Tidore, dan mendapat perlakuan yang hangat dari pejabat serta tokoh masyarakat Tidore.
Hasil penelusurannya menunjukkan Tuan Guru masih berada dalam garis keturunan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon.
Syeikh Mutaqqin juga mempunyai hubungan kekerabatan dengan Menteri Pemuda dan Olah Raga semasa orde baru, Abdul Ghafur.
Syeikh Muttaqin sangat mensyukuri kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini yang memudahkannya menjalin silaturahim dengan sanak keluarga di Indonesia.
Anak perempuannya bernama Wafeeqah, saat ini tengah menjalani tahun terakhir di Jurusan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hal ini menjadi fenomena yang sangat menarik, karena setelah lebih dari 200 tahun yang lalu Tuan Guru diasingkan ribuan kilometer ke Cape Town, kini generasi keenam keturunannya kembali ke Indonesia.
Tuan Guru tiba di Cape Town pada 1780, dan menjalani masa pengasingan di dalam penjara di Robben Island yang dapat ditempuh 30 menit dari Cape Town menggunakan kapal feri.
Pulau tersebut juga menjadi tempat Nelson Mandela dipenjara semasa apartheid.
Di Robben Island Tuan Guru tidak bisa membawa kitab Alquran. Tua Guru mengahafal dan menulis tangan mushaf Alquran berdasarkan ingatannya.
Mushaf tersebut hingga kini masih terawat di Masjid Auwal, sementara salinannya disimpan di Masjidil Aqsa.
Saat Inggris melakukan invasi di tahun 1781, Tuan Guru direlokasi ke Saldanha Bay sampai akhirnya Belanda terpaksa meninggalkan wilayah tersebut.
Setelah itu Tuan Guru menempuh perjalanan ke Cape Town dengan berjalan kaki selama dua minggu. Namun kemudian Tuan Guru kembali ditempatkan ke Robben Island hingga akhirnya dibebaskan tahun 1792.
Setelah itu Tuan Guru kembali dan menetap ke Cape Town dan melanjutkan dakwah, termasuk membangun Masjid Auwal.
"Namun Syeikh Muttaqin tidak mengetahui pasti jumlah komunitas Cape Malay yang merupakan keturunan Tuan Guru, karena jumlahnya sangat banyak dan telah menyebar ke banyak daerah," ujar Tudiono.
Syeikh Muttaqin telah merasa menjadi bagian dari Indonesia dan bertekad turut membantu WNI di Afsel terutama ABK yang mengalami kesulitan.
Konjen RI mengapresiasi apa yang dilakukan Syeikh Rakieb dan diharapkan bisa membantu misi diplomatik antara Indonesia dan Afsel.
Syeikh Rakieb merupakan salah satu tokoh dari Afsel yang hadir dalam pertemuan diaspora Indonesia pertama pada tahun 2013 yang dihadiri Presiden RI dan mendapat kesempatan menyampaikan pidatonya.
Berkat perjuangan para ulama Indonesia Islam telah berkembang cukup baik di Afsel dan seiring dengan bergulirnya waktu yang berlangsung ratusan tahun masyarakat diaspora Indonesia telah berkembang menjadi lebih dari 330.000 orang.
Editor: Muhammad Fida Ul Haq