Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Horor! 2 Pesawat Ringan Tabrakan di Udara, Pilot Tewas
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Pria Australia yang Dikira Ekstremis karena Tumbuhkan Janggut

Rabu, 10 April 2019 - 07:31:00 WIB
Kisah Pria Australia yang Dikira Ekstremis karena Tumbuhkan Janggut
Amit Khaira sebelum dan sesudah eksperimen dengan penampilannya. (FOTO: doc. Amit Khaira)
Advertisement . Scroll to see content

SYDNEY, iNews.id - Amit Khaira merupakan seorang guru dan pendeta Kristen berlatar belakang Hindu yang tinggal di Australia. Dia biasanya keluar rumah tanpa menarik perhatian dengan mengenakan kaus dan celana jins.

Namun pada Januari 2018, dia memutuskan memulai eksperimen sosial selama setahun dengan menumbuhkan janggut, mencukur rambut, dan mengenakan kurta.

"Saya menghabiskan tahun ini dengan berusaha lebih intens menggunakan transportasi umum dan berada di komunitas, mengenakan pakaian tradisional dan mendengarkan serta mengamati sebanyak mungkin," katanya, seperti dikutip ABC News.

"Saya belajar banyak. Pengalaman itu seperti mengenakan tanda waspada di tubuh kita. Saya banyak menerima respon keheranan, banyak (mendapat) pertanyaan; anda jadi lebih diperhatikan," ujar dia.

"Beberapa orang akan berbicara sedikit lebih lambat dan sedikit lebih jelas karena saya mungkin tidak mengerti -sementara lainnya menyeberangi jalan. Ada pengalaman berbeda sepanjang tahun ketika saya benar-benar merasa tidak nyaman dan dibuat merasa tidak nyaman."

Khaira mengatakan, orang-orang yang ditemuinya terkejut ketika dia mulai berbicara dengan aksen Australia yang kental.

Menurutnya, pengalaman paling menantang terjadi saat dia berkunjung ke supermarket untuk membeli ayam panggang sepulang mengajar.

"Saya bertemu seseorang yang menyuruh saya kembali ke tempat asal saya, sementara saya membawa putri bungsu saya. Dia (putri saya) agak bingung, bertanya mengapa orang ini berbicara kepada ayahnya seperti ini, kami bahkan tidak mengenalnya," tuturnya.

"Yang bisa saya katakan kepadanya adalah, 'dia (pria itu) hanyalah takut, tidak apa-apa'."

Khaira memutuskan untuk tetap tenang dan merespons dengan humor.

"Saya hanya berkata, 'Begitu saya mendapatkan ayam saya, saya berencana untuk pulang, saya baru saja datang untuk mengambil ayam saya'," kisahnya.

"Saya hanya mencoba untuk membuatnya setenang mungkin, tapi mungkin orang itu mengalami luka di masa lalunya -saya tidak mengenalnya, jadi saya tak ingin langsung mengambil kesimpulan."

"Atau bisa juga rasisme."

Amit Khaira dalam baju tradisional kurta yang ia pakai saat menikah. (FOTO: ABC Radio Perth/Emma Wynne)

Khaira mengatakan, dia melakukan percobaan itu sebagai cara untuk memulai percakapan.

"Pertama kali saya melakukan eksperimen sosial sebenarnya pada 2013 dan saya adalah seorang pendeta di sekolah menengah," katanya.

"Selama tahun itu, beberapa kolega saya di sekolah saya akan mendatangi saya dan berkata: 'Kapan kamu akan menyingkirkan benda itu? Setiap kali saya melihatmu, saya merasa ada seorang ekstremis Muslim di sekolah ini'. Kolega saya mengatakan hal-hal seperti ini," lanjut Khaira.

"Pada dasarnya, mereka mengatakan 'kami punya hak untuk takut' - hal yang dianggap 'hak' itulah yang ingin saya pertanyakan."

Pada kesempatan lain, dia mengaku melihat reaksi ketakutan instan dari penumpang ketika dia naik kereta ke kota dalam perjalanan ke sebuah konferensi.

"Ada tempat kosong di sebelah seorang perempuan yang membaca koran. Saya ke sana dan saya duduk di sebelahnya dan menyapanya dengan cara tradisional," kata Khaira.

"Koran itu naik lebih tinggi - banyak orang mulai menyalakan ponsel mereka, mungkin merekam apa yang sedang terjadi."

Ketika seorang kenalannya yang akrab dipanggil Boom naik ke dalam kereta dari halte berikutnya, Khaira menyapanya.

"Dia berjalan dengan kopinya, kami pergi ke konferensi yang sama. Saya berteriak 'Boom' dan semua orang langsung saja tiarap. Itu adalah perjalanan kereta yang menarik," kata dia.

"Saya tidak ingin membuat orang takut, tetapi kenyataan bahwa kita membiarkan rasa takut menentukan bagaimana kita berinteraksi, saya pikir kita perlu melakukan apa pun yang kita bisa untuk membuat orang melalui hal itu."

Menurutnya, pada akhirnya, percobaan tersebut menunjukkan bagaimana rasa takut dan kesan pertama menghalangi hubungan dan pemahaman.

"Pelajaran terbesar dari tahun ini adalah seberapa sering kita membiarkan rasa takut menentukan hubungan. Ketakutan ada karena sesuatu atau seseorang yang tidak dikenal."

"Jika seseorang atau sesuatu tidak diketahui, apakah kita bersedia meluangkan waktu dan melakukan upaya untuk membuat apa yang tidak diketahui menjadi diketahui?"

"Saya pikir ketika kita melakukan itu, ada beberapa keindahan nyata yang bisa kita temukan."

Istri dan anak-anak Khaira kini merasa lega setelah dia mencukur kembali jenggotnya.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut