Kisah Siswa Malaysia Diusir Pemilik Rumah di Perth Australia yang Takut Wabah Virus Korona
PERTH, iNews.id - Seorang siswa Malaysia menceritakan pengusiran yang dialaminya dari tempat tinggalnya di Perth, Australia. Dia diusir karena kekhawatiran si pemilik rumah tentang virus korona, meskipun faktanya siswa itu tidak pernah melakukan perjalanan ke China.
"Helen", yang disepakati oleh ABC News untuk tidak disebutkan identitas aslinya karena khawatir akan menjadi korban diskriminasi lebih lanjut, mengatakan dia menyewa sebuah kamar di sebuah townhouse di pinggiran selatan Perth pada November tahun lalu.
Siswa pengabdian masyarakat ini mengatakan dia tidak menandatangani kontrak tetapi memiliki perjanjian lisan dengan pemilik rumah, yang juga tinggal di rumah tersebut. Dia setuju membayar 86 dolar Australia atau sekitar Rp860.000 sepekan ditambah tagihan pengeluaran lainnya.
Helen, yang keturunan China, pulang ke Malaysia pada 24 Januari dan mengunjungi keluarga serta teman-temannya untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Dia terbang kembali ke Perth pada 4 Februari, dan tiba di rumah pada pukul 04.00. Saat itu, dia menemukan semua kunci pintu diganti dan ada sebuah catatan yang ditempelkan di pintu depan.
"PERINGATAN - DILARANG MELINTAS", tertulis di kertas itu, seperti dipaparkan ABC News, Kamis (13/2/2020).
"Rumah ini dikunci karena virus korona."
"Karena Anda telah gagal untuk tetap berhubungan dengan saya saat Organisasi Kesehatan Dunia sudah menyatakan Keadaan Darurat Global atas virus korona, Anda tidak lagi diterima di rumah ini."
Dalam catatan itu tertera juga nomor ponsel yang dapat dihubungi Helen, sebagai tambahan bahwa pemilik rumah sudah berusaha menghubungi Helen berkali-kali ketika dia pergi.
Barang-barang milik Helen diletakkan di luar rumah supaya bisa dia ambil sekembalinya ke Australia.
Helen mengatakan dia tidak menerima pesan apa pun saat berada di Malaysia, tetapi dia mendapati sejumlah pesan teks dari induk semangnya saat dia sudah berada di Australia.
Salah satu dari pesan yang diterimanya menghubungkan keputusan untuk mengusir Helen dari rumah dengan perjalanannya saat wabah virus korona merebak.
"Anda memutuskan melakukan perjalanan pulang ke rumah untuk Tahun Baru Imlek ketika ketika ada wabah virus korona," demikian isi pesan teks itu.
"Organisasi kesehatan dunia telah mengumumkan keadaan darurat global dan saya sekarang membuat keputusan mengubah kunci rumah dan meletakkan barang-barang Anda di luar karena saya peduli dengan kondisi saya, keluarga, dan teman-teman saya," lanjut pesan itu.
"Ini adalah keputusan yang sulit untuk dibuat, tetapi karena Anda telah melakukan perjalanan (ke luar negeri), kami sangat prihatin dan Anda tidak lagi diperkenankan untuk kembali ke rumah."
Pesan-pesan itu ditandatangani dengan nama yang sesuai dengan nama pada dokumen sertifikat tanah yang terdaftar untuk properti tersebut.
Helen mengatakan kepada Radio ABC Perth bahwa dia merasa sedih dan bingung karena dia tidak pernah berada di dekat China atau Kota Wuhan, tempat virus itu berasal.
"Saya belum pernah ke China (jadi) mengapa mereka berpikir saya memiliki virus?" katanya.
Helen mengaku sudah melapor ke polisi, tetapi mereka tidak dapat mengambil tindakan apa pun karena dia tidak memiliki perjanjian sewa yang formal dengan pemilik rumah itu.
Akhirnya kini Helen mengaku tinggal dengan seorang temannya.
ABC News berusaha menghubungi pemilik rumah, tetapi tidak ada respons.
Kepala Bidang Medis Australia Brendan Murphy pekan ini mengatakan dia semakin khawatir tentang diskriminasi terhadap orang-orang berlatar belakang etnis Tionghoa.
"Kami sangat prihatin dengan xenophobia dan hal-hal yang berbau penilaian profil rasial, yang benar-benar menjijikkan," katanya.
"Tidak ada transmisi komunitas dari virus ini di Australia. Tidak ada alasan bagi orang untuk mengenakan masker, tidak ada alasan bagi orang untuk menghindari siapapun," katanya.
Presiden Asosiasi Chung Wah, di negara bagian Western Australia, Ting Chen mengatakan kepada Radio ABC Perth bahwa dia menerima laporan tentang perilaku rasis dan informasi yang salah yang ditujukan kepada anggota komunitas Tionghoa setempat.
Dia mengatakan seorang penduduk di pinggiran utara Perth Joondalup menemukan kata "virus" ditulis dengan cat di jalan masuk rumahnya.
"Ini benar-benar tidak dapat diterima," katanya.
Dia mengatakan, jumlah pelanggan juga turun di restoran China setempat.
"Beberapa hari lalu saya pergi ke salah satu restoran China yang populer dan (restoran) itu setengah kosong. Orang-orang takut keluar rumah untuk makan malam," katanya.
"Namun, saya pikir (negara bagian) Australia Barat adalah tempat yang sangat aman."
Menurut saran resmi dari Departemen Kesehatan, orang-orang di Australia yang paling beresiko terkena virus adalah mereka yang baru-baru ini berada di daratan China atau melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terkonfirmasi terjangkit virus tersebut.
Dari total 15 kasus virus korona yang terkonfirmasi di Australia, tidak ada yang berlokasi di negara bagian Australia Barat.
Semua kasus di Australia berasal dari Wuhan kecuali satu orang di negara bagian New South Wales, yang melakukan kontak di China dengan pasien yang dikonfirmasi dari Wuhan.
Tidak ada larangan perjalanan atau saran kesehatan dari Pemerintah Australia terkait dengan perjalanan dari Malaysia.
Editor: Nathania Riris Michico