Kisah Suami yang Hadiahkan Ginjalnya untuk Istri
SINGAPURA, iNews.id - Momentum Hari Valentine 2019 mungkin tak akan dilupakan pasangan asal Singapura, N Arumagam dan istrinya, Saras Adiya.
Jika pada perayaan Valentine sebelumnya Arumagam selalu memberikan perhiasan atau bunga, kali ini dia menghadiahkan sesuatu yang jauh lebih berharga, yakni ginjal. Bukan hadiah biasa bagi Saras karena ginjal tersebut bisa menyambung hidupnya.
Arumagam mengungkapkan, rencana donor ginjal itu dengan penuh emosi. Pria berusia 66 tahun itu sadar bahwa kondisinya istriya, 66 tahun, semakin memburuk.
"Kehidupan pernikahan bukan hanya soal pengorbanan, tapi tentang saling berbagi agar tetap bisa langgeng. Tidak ada ruang untuk ego dan bersama dengan kesabaran, seseorang harus bisa semangat juang agar bisa melalui permasalahan bersama," kata Arumagam, dikutip dari The Straits Times, Senin (25/2/2019).
Pasangan ini telah menghadapi beberapa tantangan hidup sejak menikah pada 1979. Mereka menikah di usia muda dan harus berjuang membesarkan anak di usia masih belia. Kini putri mereka, Umavathy (39) dan putra, Uthayakumaran (34) tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Sehari-hari pasangan itu hidup dari bisnis menjalankan toko bunga. Mereka memulainya dari memiliki toko kecil di Yishun 30 tahun lalu.
Saat itu bisnis mereka lancar dan hidup bahagian sampai Saras didiagnosis menderita ginjal polikistik pada 2013. Ini merupakan kelainan bawaan di mana kista yang tumbuh di ginjal Saras membesar. Akibatnya, ginjalnya tak berfungsi lagi.
Saras segera menindaklanjuti dengan melakukan tes medis dan pengobatan lebih lanjut, namun kondisinya tidak membaik.
Tiga tahun lalu, dokter menyarankan agar dia menjalani cuci darah. Namun Arumagam tidak menyetujui karena tidak tega. Cuci darah akan mengganggu aktivitas sehari-harinya. Saras juga harus pergi ke pasar setiap hari serta bersosialisasi dengan teman-teman.
Kondisinya mulai memburuk hingga dokter memberi tahu bahwa keluarga harus melakukan sesuatu jika ingin menyelamatkan nyawa Saras.
Satu pilihan yang paling mungkin adalah menerima ginjal dari orang lain. Tapi untuk mendapatkannya tak mudah karena harus cocok.
"Setelah mendengar berita itu, dia ingin menyelamatkannya dengan segala cara dan dia merupakan yang pertama di keluarga untuk menawarkan ginjalnya," kata sang putri, Umavathy.
Meskipun mereka diberi tahu risiko setelah transplantasi, pasangan tersebut tetap bertekad melewatinya bersama. Mereka juga diberi tahu jika tes gagal maka transplantasi harus dibatalkan.
Sejak pertengahan tahun lalu, Arumugam melakukan berbagai tes untuk menilai apakah ginjalnya cocok untuk disumbangkan.
Setelah 6 bulan menjalani tes intensif yang melelahkan, mereka mendapat lampu hijau untuk melanjutkan transplantasi.
"Di benak saya, saya khawatir apakah ginjal saya akan cocok. Tapi saya tidak akan pernah menyerah meski harus menjalani semua tes medis," kata Arumugam.
Pada Desember tahun lalu, Saras sukses menjalani transplantasi ginjal dengan menelan biaya 20.000 dolar Singapura.
Meski demikian, Saras harus menyesuaikan pada kebiasaan makanan dan gaya hidup, sampai dinyatakan pulih sepenuhnya.
Pada pertengahan 14 Februari 2019, Saras sudah mulai terbiasa melakukan aktivitas rutin, termasuk membantu suaminya kembali, meski untuk hanya beberapa aktivitas. Mereka tak menyangka masih bisa merayakan Valentine tahun ini setelah melewati proses yang panjang.
Editor: Anton Suhartono