Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Purbaya Cek Laporan Pegawai Bea Cukai Nongkrong di Starbucks: Ternyata Tidak Benar
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Warga Nikmati Kedai Starbuck Khusus Tunarungu Pertama di AS

Rabu, 24 Oktober 2018 - 10:54:00 WIB
 Kisah Warga Nikmati Kedai Starbuck Khusus Tunarungu Pertama di AS
Petugas yang ada di Starbucks khusus tuanrungu di AS. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Rebecca Witzofsky, mahasiswa tunarungu berusia 20 tahun di Gallaudet University di Washington, Amerika Serikat (AS), serta temannya, Nikolas Carapellatti, ingin meminum kopi.

Namun pada Selasa (23/10/2018), Witzofsky akhirnya tidak harus berjuang untuk membuat pesanannya dipahami oleh petugas.

Raksasa kopi AS, Starbucks, membuka toko pertama di bagian timur laut AS, dekat kampus Gallaudet, satu-satunya universitas di dunia dengan seluruh kurikulum yang dirancang untuk mengakomodasi komunitas tunarungu dan yang mengalami gangguan pendengaran.

Di kedai itu, semua staf, yang kebanyakan tuna rungu atau yang mengalami gangguan pendengaran, diminta berkomunikasi dengan pelanggan menggunakan bahasa isyarat.

Kafe 'model baru' itu dibuka setelah sebuah kedai serupa dibuka di Kuala Lumpur, Malaysia pada 2016.

Jika dilihat sekilas, kedai Starbucks berbahasa isyarat tidak terlihat berbeda dari Starbucks pada umumnya, yang terlihat di setiap sudut jalan di Washington.

Karyawan mengenakan kemeja hitam dan celemek hijau dihiasi logo perusahaan yang berlarian di belakang meja untuk menyajikan minuman panas, minuman dingin, dan kue kering kepada para pelanggan.

Rebecca Witzofsky dan temannya menikmati kopi di Starbucks khusus tunarungu di AS. (Foto: istimewa)

Kendati berisi banyak orang, suasana kafe itu sangat tenang dan damai, mungkin karena sebagian besar percakapan dilakukan dalam keheningan.

Bagi Witzofsky, itu merupakan sebuah pencerahan.

"Ini memberi ruang bagi orang tuli di luar kampus, tempat untuk datang dan bersosialisasi, makan makanan dengan orang tuli lain dan bertemu dengan orang tuli lainnya juga, dan karyawan tunarungu," katanya, kepada AFP, Rabu (24/10/2018).

"Ketika saya pergi ke Starbucks yang normal, saya berbicara dan berharap mereka dapat mendengar saya dan mengerti, atau saya menunjukkan kepada mereka pesanan saya di telepon saya," jelasnya.

"Di sini, nama Anda muncul di layar, yang sangat saya sukai, karena ketika mereka memanggil pesanan saya, saya tidak perlu mencoba untuk mendengarnya, itu tepat di layar."

Kedai Starbucks itu memiliki fitur khusus lain yang dirancang untuk merangkul dan merayakan budaya tunarungu, salah satunya adalah "tanda pekan ini."

Saat ini, untuk kopi, pelanggan cukup memperagakan dua kepalan tangan tertutup, satu di atas yang lain, berputar dalam gerakan yang mengingatkan akan penggiling kopi. Ada juga mug khusus yang dijual dengan desain dari seniman tunarungu.

Starbucks menyatakan, inisiatif membuka kedai khusus tunarungu bertujuan menyatukan komunitas yang beragam. Pembukaan kedai juga didukung dengan kehadiran aktris tunarungu pemenang Oscar, Marlee Matlin.

Duduk di teras luar dengan kopi mereka, pasangan pensiunan Albert dan Peggy Hlibok mengaku datang ke kedai itu untuk berbaur dengan dunia tunarungu.

"Saya pikir ini kesempatan bagus bagi kita semua," kata Peggy, dengan bantuan seorang penerjemah.

"Ini akan mengajarkan orang untuk tidak takut berkomunikasi dengan orang tuli. Mereka dapat melihat bahwa itu hanya bagian dari siapa kita, bagian dari kehidupan kita, bagian dari keanekaragaman kehidupan."

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut