KKB Serang Warga Sipil dan Kantor Polisi, 200 Orang Tewas

MAIDUGURI, iNews.id - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nigeria telah membunuh setidaknya 200 warga dalam serangan yang dilancarkan beberapa hari terakhir. Selain warga sipil, polisi juga menjadi korban dalam serangan-serangan tersebut. 

Jumlah serangan KKB di Nigeria meningkat belakangan ini. Mereka menyasar warga sipil dan juga kantor polisi. 

Baca Juga

Eks Bos Mossad Ungkap Cara Menyusup ke Hizbullah dan Membunuh Imad Mughniyeh

Seperti dilansir dari Anadolu, salah satu serangan terjadi di barat laut negara bagian Kebbi dengan 88 orang dibunuh pada 3 Juni. Para penyerang juga menggerebek ternak dan menghancurkan lahan pertanian.

Gubernur Negara Bagian, Abubakar Atiku Bagudu berjanji mengambil tindakan lebih tegas untuk melindungi kehidupan dan harta benda semua warga negara.

Baca Juga

Pimpinan Kelompok Militan Nigeria Boko Haram Tewas saat Ledakkan Bom

Sementara pada hari Minggu, setidaknya 41 petani di Zamfara dibunuh di lahan pertanian. Peristiwa itu terjadi empat hari setelah sebelumnya, KKB membunuh 17 petani di negara bagian yang sama.

Dalam sebuah pernyataan, Doctors Without Borders mengatakan, gelombang kekerasan telah menyebabkan orang-orang meninggalkan rumah, pertanian, dan lahan penggembalaan mereka. Akses ke fasilitas kesehatan juga menjadi tantangan karena kekerasan di jalan.

Sekitar selusin polisi juga tewas dalam serangan terhadap kantor polisi di tenggara negara bagian Enugu, Anambra, dan Imo awal bulan ini.

Secara terpisah, 45 orang tewas, sementara puluhan lainnya terluka di barat daya negara bagian Oyo. KKB menyerang penduduk Igangan, Ibarapaland pada tanggal 5 Juni. Rumah dan properti lainnya juga dibakar.

Gubernur Negara Bagian, Seyi Makinde dalam sebuah pernyataan meminta penduduk untuk tetap tenang karena petugas keamanan sekarang mengendalikan situasi.

Nigeria barat laut dan tengah merupakan pusat kelompok kriminal yang menyerang desa dan membakar rumah. Pasukan keamanan juga memerangi pemberontakan selama lebih dari satu dekade di timur laut. 

Editor: Umaya Khusniah