Komentari Pidato Raja Malaysia, Mahathir Tak Terima Disalahkan karena Mundur sebagai PM
KUALA LUMPUR, iNews.id - Mahathir Mohamad membela keputusannya mundur sebagai perdana menteri Malaysia pada 2020. Dia menolak dipersalahkan atas keputusan yang memicu semakin dalamnya krisis politik di Negeri Jiran tersebut.
Mahathir mundur sebagai PM menyusul konflik di internal koalisi Pakatan Harapan. Langkahnya itu juga memupus harapan Anwar Ibrahim menjadi PM. Sebelum pemilu Malaysia 2018 digelar, Mahathir berjanji akan menyerahkan jabatan PM kepada Anwar setelah 2 tahun jika koalisi Pakatan Harapan menang.
"Saya seharusnya tidak disalahkan karena mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada 2020," kata Mahathir, dalam acara di Shah Alam pada Sabtu kemarin, seperti dikutip dari The Star.
Dia menjelaskan, keputusannya mundur karena partai yang dipimpinnya saat itu, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu), sudah tak lagi mendukungnya.
“Saya mengundurkan diri karena partai menolak saya. Biasanya dalam demokrasi, ketika ditolak oleh partai, kami mengundurkan diri," ujarnya.
“Saya tidak paham mengapa orang-orang menyalahkan saya karena mengundurkan diri sebagai PM. Mereka seharusnya menyalahkan mereka yang tidak mendukung pendirian saya,” katanya, lagi.
Saat itu dia meminta Bersatu untuk bersabar, menunggu keputusan apakah akan keluar dari koalisi atau tidak. Mahathir ingin menerapkan pendekatan wait and see terlebih dulu sebelum membuat keputusan. Namun langkahnya itu tak disukai politisi Bersatu.
"Sebaliknya, mereka menggebrak meja dan menyuruh saya meninggalkan Pakatan sekarang, dan sepertinya mereka menolak saya," tuturnya.
Saat itu terjadi konflik di koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar Ibrahim. Dia yakin koalisi akan tumbang karena adanya perpecahan antara Bersatu dengan Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpin Anwar.
Pernyataan tersebut dilontarkan Mahathir untuk menanggapi pidato Raja Malaysia Sultan Abdullah saat membuka sidang parlemen ke-15 pada 13 Februari lalu.
Saat itu Sultan Abdullah mengatakan, kekacauan politik tak akan terjadi di Malaysia jika perdana menteri ketujuh (Mahathir) tidak mengundurkan diri.
Editor: Anton Suhartono