Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Heboh Skandal Judi Sepak Bola Turki, 29 Pemain Diburu Polisi termasuk Klub Galatasaray
Advertisement . Scroll to see content

Komik Charlie Hebdo Ejek Tragedi Gempa Turki-Suriah Picu Kemarahan Publik: Ini Bukan Humor!

Kamis, 09 Februari 2023 - 16:01:00 WIB
Komik Charlie Hebdo Ejek Tragedi Gempa Turki-Suriah Picu Kemarahan Publik: Ini Bukan Humor!
Gempa bumi Turki dan Suriah menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan bangunan serta infrastruktur. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

TURKI, iNews.id - Majalah satire Prancis Charlie Hebdo menerbitkan komik strip mengenai gempa bumi Turki-Suriah berkekuatan 7,8 SR. Kartun yang menyoroti tragedi yang menewaskan ribuan orang tersebut mendapat kecaman dan memicu kemarahan publik karena dianggap mengejek dan provokatif.

Komik karya Pierrick Juin itu menunjukkan bangunan yang tertatih-tatih di tengah tumpukan puing-puing gempa bumi dengan tulisan: "Tidak perlu mengirim tank."

Netizen menilai kartun itu telah mengolok-olok tragedi yang berdampak pada jutaan orang di Turki dan Suriah. Bahkan, pengguna media sosial menyebut kartun itu menjijikkan, memalukan dan mirip dengan ujaran kebencian.

Cendekiawan Muslim Amerika Omar Suleiman mengecam Charlie Hebdo yang dinilai telah mengejek tragedi gempa Turki-Suriah lewat kartun tersebut. 

"Benar-benar publikasi yang tercela. Selalu begitu. Mengejek kematian ribuan Muslim adalah puncak dari bagaimana Prancis telah merendahkan kita dalam segala hal. Dan hal yang gila, kami bahkan tidak bisa mengatakan ini titik terendah baru untuk Anda," cuitnya.

Kartun itu juga memicu kemarahan Juru Bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalim. Dia menyebut Charlie Hebdo sebagai orang barbar modern. "Tercekik dalam kebencian dan dendammu," katanya dilansir dari Aljazeera, Kamis (9/2/2023). 

Salah seorang netizen perempuan bernama Sara Assaf mengatakan dirinya menarik dukungan untuk majalah Charlie Hebdo setelah melihat kartun gempa bumi Turki-Suriah itu. 

"Je ne suis plus Charlie" (Saya bukan lagi Charlie), tulisnya. Ini mengacu pada slogan “Je suis Charlie” (Saya Charlie) yang diadopsi oleh pendukung Charli Hebdo setelah kantor mereka diserang pada 7 Januari 2015.

Dalam serangan itu, dua bersaudara yang mengaku berafiliasi dengan Al-Qaeda menembaki markas Charlie Hebdo di Paris. Serangan yang disebut sebagai pembalasan atas penerbitan kartun yag menggambarkan Nabi Muhammad itu mengakibatkan 12 orang tewas. Banyak pihak yang menyampaikan solidaritas dengan Prancis dan menyebut karya itu sebagai bentuk kebebasan berbicara.

"Kami bersamamu selama rasa sakitmu. Apa yang kita alami sekarang adalah bencana bagi umat manusia!" kata seorang pengguna. 

Dia selanjutnya mengecam kartun mengenai gempa Turki-Suriah itu. "Tidak, ini bukan humor."

Sementara analis politik Oznur Kucuker Sirene memberikan teguran keras kepada majalah tersebut dalam sebuah tweet. Dia tidak menyangka dukungan orang Turki dulu dibalas dengan ejekan. 

"Bahkan orang Turki adalah 'Charlie Hebdo' untuk berbagi kesedihan Anda dan hari ini Anda berani mengejek penderitaan seluruh rakyat. Seseorang harus benar-benar berani melakukan ini sementara masih ada bayi yang menunggu untuk diselamatkan di bawah reruntuhan," katanya.

Sejumlah netizen juga mengecam Charlie Hebdo. Mereka mengingatkan bagaimana orang Turki menggelar pawai sebagai bentuk dukungan kepada mereka setelah serangan pada 2015 lalu. Mereka bersatu berkampanye "Je suis Charlie". Namun, aksi mereka itu dibalas dengan kartun yang dianggap banyak orang sebagai cemoohan.

Ada pula netizen yang mengatakan "satu-satunya sumber pendapatan untuk surat kabar ini adalah Islamofobia". 

"Tidak ada rasa hormat terhadap kehidupan manusia, tidak ada rasa malu, hanya kejahatan. Ini selalu menjadi semangat sejati Charlie Hebdo." cuit seorang netizen.

Sementara beberapa netizen membela Charlie Hebdo. Mereka menyebut komik gempa Turki-Suriah itu sebagai sindiran dan membutuhkan konteks. Ada juga yang mengatakan kartun itu menunjukkan semangat sejati Charlie Hebdo. 

Bukan yang Pertama

Charlie Hebdo bukan kali ini memicu kemarahan, khususnya terkait Turki. Pada Selasa 27 Oktober 2020 lalu, majalah satire Prancis itu mempublikasikan kartun Presiden Recep Tayyip Erdogan. Pemerintah Turki pun geram dan menegaskan tidak akan tinggal diam melihat pelecehan budaya seperti itu.

Kartun yang diterbitkan Charlie Hebdo pada Selasa (27/10/2020) malam waktu setempat itu dinilai merendahkan. Orang nomor satu Turki saat itu digambarkan hanya mengenakan kaus dan celana dalam, memegang bir serta membuka rok perempuan berhijab.

"Ooh, nabi!" tulis Charlie Hebdo dalam gambar itu disertai pernyataan "Erdogan: secara pribadi, dia sangat lucu."

Ini merupakan bentuk intervensi Charlie Hebdo dalam perseteruan Erdogan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin Eropa lainnya pascapembunuhan seorang guru di pinggiran Prancis setelah membahas kartun Nabi Muhammad.

Editor: Maria Christina

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut