Korban Tewas akibat Hujan Lebat di Jepang Jadi 88 Orang
TOKYO, iNews.id - Jumlah korban tewas akibat banjir dan tanah longsor di Jepang terus meningkat. Hingga Senin (9/7/2018) pagi, 88 orang dilaporkan tewas dan puluhan lain masih hilang.
Petugas berhasil menyelamatkan lebih dari 2.000 orang yang terjebak di Kurashiki. Perintah evakuasi diberlakukan untuk hampir 2 juta orang dan peringatan longsor dikeluarkan ke banyak prefektur.
Di Jepang barat, wilayah paling terdampak bencana, layanan darurat dan personel militer menggunakan helikopter dan perahu untuk menyelamatkan warga dari sungai dan bangunan yang roboh, termasuk rumah sakit.
Sejumlah staf dan pasien dievakuasi dari Rumah Sakit Mabi Memorial menggunakan perahu, yang didayung oleh anggota Pasukan Bela Diri Jepang.
Seorang pejabat kota mengatakan, 170 pasien dan staf dievakuasi, namun stasiun televisi NHK melaporkan sekitar 80 orang masih telantar di lokasi tersebut.
"Saya sangat berterima kasih kepada penyelamat. Saya merasa sangat lega sekarang terbebas dari tempat gelap yang berbau tak sedap,” kata pasien berusia 79 tahun, Shigeyuki Asano, seperti dilaporkan Reuters.
Dengan populasi di bawah 500.000, Kurashiki merupakan salah satu wilayah paling terdampak akibat hujan lebat yang menghantam sebagian besar wilayah Jepang bagian barat. Jumlah korban tewas dan hilang di wilayah itu melebihi 77 orang.
Hujan lebat menyebabkan tanah longsor dan banjir. Ribuan warga masih terjebak di dalam atau atap rumah mereka.
"Ini merupakan situasi bahaya ekstrem," kata seorang pejabat Badan Meteorologi Jepang (JMA), dalam konferensi pers.
Seorang bocah perempuan tiga tahun ditemukan tewas oleh petugas di rumahnya di Prefektur Hiroshima akibat tertimbun longsor.
Pemerintah Jepang mendirikan pusat manajemen darurat di kantor perdana menteri dan sekitar 54.000 regu penyelamat dari militer, polisi, dan pemadam kebakaran dikirim untuk membantu warga hampir di seluruh wilayah barat Jepang.
"Masih banyak orang hilang dan yang lain membutuhkan bantuan, kami bekerja berpacu dengan waktu," kata Perdana Menteri Shinzo Abe.
Editor: Nathania Riris Michico