Korban Tewas Kebakaran California Jadi 59 Orang, 130 Masih Hilang
WASHINGTON, iNews.id - Tim SAR masih terus mencari sisa-sisa jenazah orang-orang yang tewas dalam kebakaran lahan mengerikan yang masih terjadi di California, Amerika Serikat (AS).
Hingga kini, jumlah korban tewas akibat kebakaran hutan paling mematikan dalam sejarah California itu meningkat menjadi 59 orang, sedangkan 130 orang masih hilang.
Sebagian besar dari mereka yang belum ditemukan berasal dari Kota Paradisen, Butte County, California utara, yang hampir terhapus dari peta akibat "Camp Fire" yang melanda pada pekan lalu.
Petugas Butte County, Kory Honea, mengatakan, sebanyak 461 petugas penyelamat dan pencarian serta 22 anjing pelacak diterjunkan untuk menemukan warga yang hilang..
Tes DNA juga dipercepat untuk mengidentifikasi para korban yang telah ditemukan.
"Mulai hari Kamis, siapa saja yang yakin seorang anggota keluarga tewas dapat memberikan sampel DNA ke kantor sheriff," kata Honea, seperti dilaporkan AFP, Kamis (15/11/2018).
Paradise, sebuah kota dengan penduduk sekitar 26.000 di kaki pegunungan Sierra Nevada dan populer di kalangan pensiunan, lululantak akibat api. Banyak dari warga mereka yang dilaporkan hilang oleh kantor sheriff adalah orangtua, di usia 70-an, 80-an, dan 90-an.
Hampir setiap rumah di Paradise, terletak 130 kilometer di utara ibu kota negara bagian, Sacramento, hancur akibat api yang bergerak cepat yang dipicu oleh angin kencang.
Setidaknya 59 kematian dilaporkan akibat kebakaran hutan yang menghancurkan dan tim evakuasi masih berupaya menemukan korban lain.
"Kami berada di tengah-tengah malapetaka," kata Gubernur Jerry Brown.
"Api itu belum pernah terjadi sebelumnya, luar biasa, sehingga banyak orang terjebak."
Dalam beberapa hari, api yang berkobar melalap lebih dari 7.000 rumah, dan saat ini baru 35 persen dari kobaran api berhasil dikendalikan.
Mereka yang selamat mengungsi ke tempat perlindungan, dan mengunggah foto keluarga dan kerabat mereka di papan-papan pengumuman umum dengan harapan ada yang mengetahui keberadaan mereka.
Editor: Nathania Riris Michico