Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Sao Paulo Brasil Blackout Imbas Pohon Tumbang, Ratusan Penerbangan Dibatalkan
Advertisement . Scroll to see content

Kota-Kota di Dunia yang Banyak Pengemis, Ada yang Dikendalikan oleh Sindikat

Rabu, 08 Februari 2023 - 19:55:00 WIB
Kota-Kota di Dunia yang Banyak Pengemis, Ada yang Dikendalikan oleh Sindikat
Pengemis merupakan salah satu permasalahan sosial yang dihadapi banyak kota di dunia. (Foto: english.madhyamam)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pengemis merupakan salah satu spesial isu sosial yang dihadapi banyak kota di dunia. Aksi mengemis dapat dikatakan sebagai tindakan putus asa karena seseorang tidak memiliki keterampilan untuk menghasilkan uang.

Banyak yang menganggap pengemis adalah gelandangan yang tidak mempunyai rumah atau tunawisma. Karenanya, bahasan mengenai pengemis sering tumpang tindih dengan tunawisma.

Padahal, pengemis tidak selalu tunawisma. Bahkan, sejumlah pengemis justru memiliki aset berupa rumah, tanah, dan kendaraan. Para pengemis oportunistik ini memanfaatkan belas kasih orang untuk memperoleh uang dan kadang beroperasi dalam kelompok terorganisir.

Lantas, kota mana saja di dunia yang memiliki banyak pengemis atau pun tunawisma? Berikut uraiannya.

1. New Delhi, India

India telah dikenal sebagai negara yang banyak memiliki pengemis. Hal ini terkait dengan masalah kemiskinan yang dihadapi negara tersebut.

Menurut Indeks Kemiskinan Multidimensional 2022 oleh UNDP, India menjadi negara dengan jumlah warga miskin terbanyak di dunia mencapai sebanyak 228,9 juta penduduk. Kemiskinan telah mendorong orang untuk mengemis dan tersebar di berbagai kota di India, salah satunya di New Delhi. 

Menurut survei yang diterbitkan oleh pemerintah New Delhi pada 2021, ada 20.719 orang yang terlibat dalam tindakan mengemis di kota tersebut. Mereka terpaksa mengemis karena faktor kondisi sosial dan ekonomi.

Selain mengidentifikasi pengemis, pemerintah setempat juga merumuskan tindakan untuk merehabilitasi mereka dengan meluncurkan program 'Dukungan Mata Pencaharian'. Melalui program tersebut, para pengemis akan menerima pelatihan dan pengembangan keterampilan. Hal ini menjadi proyek percontohan untuk program pemerintah yang bertujuan menjadikan Delhi terbebas dari pengemis.

2. New York, Amerika Serikat

Sejak akhir 1980-an, New York telah menjadi rumah bagi banyak pengemis. Keberadaannya kemudian menjadi hal yang mengkhawatirkan karena tindakan pengemis yang cenderung agresif saat meminta-minta hingga mengarah pada kekerasan.

Tindakan pun dilancarkan untuk mengatur pengemis, seperti mengesahkan undang-undang anti pengemis yang baru serta menyuruh pengemis untuk mendaftar guna mendapatkan izin. Seiring waktu, jumlah pengemis di New York bertambah, juga di kota-kota lainnya di Amerika Serikat. 

Tak hanya pengemis tipe lama yang merupakan tunawisma dengan kondisi cacat, pengemis tipe baru pun muncul, yang menghidupi dirinya dengan mengemis, bekerja sambilan, sekaligus memanfaatkan bantuan pemerintah.

Pada November 2022, menurut data Coalition for the Homeless, terdapat 67.150 tunawisma di New York, termasuk 21.089 anak tunawisma. 

Penyebab utama tunawisma adalah harga perumahan yang tinggi dan tidak terjangkau. Tunawisma juga menghadapi persoalan kesehatan mental. Berdasarkan penelitian, dikutip dari laman Coalition for the Homeless, tunawisma dewasa lajang cenderung lebih rentan mengalami penyakit mental serius dibandingkan tunawisma berkeluarga.

3. Manila, Filipina

Sebelum pandemi, jumlah tunawisma di Manila, Filipina diperkirakan sebanyak 3 juta orang. Filipina menghadapi kemiskinan yang jumlahnya meningkat. 

Pada paruh pertama 2021, tingkat kemiskinan Filipina bertambah menjadi 23,7 persen, dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 yang sebesar 21,1 persen. 

Menurut Otoritas Statistik Filipina, pada 2021, terdapat sekitar 26,14 juta orang di Filipina yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara, berdasarkan laporan Borgen Project, organisasi nirlaba global yang memerangi kemiskinan dan kelaparan, terdapat lebih dari 4,5 juta tunawisma di Filipina pada 2020.

Pengemis merupakan salah satu permasalahan sosial yang dihadapi banyak kota di dunia, salah satunya Manila, Filipina. (Foto: https:filipino.news)
Pengemis merupakan salah satu permasalahan sosial yang dihadapi banyak kota di dunia, salah satunya Manila, Filipina. (Foto: https:filipino.news)

Pada masa Natal, biasanya banyak pendatang masuk ke Manila untuk menjadi peminta-minta. Diduga, menurut Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan (DSWD), ada sindikat di balik masuknya masyarakat asli ke Manila setiap tahun ketika Natal. Sindikat ini mengorganisir pendatang dalam sejumlah grup untuk bekerja bergiliran.

DSWD memperkirakan, setiap pengemis itu mampu menghasilkan sekitar 4 ribu sampai 5 ribu peso sehari atau setara Rp1,1 juta-Rp1,3 juta.

4. Sao Paulo, Brasil

Sao Paulo juga menjadi salah satu kota yang memiliki banyak tunawisma. Menurut data Kantor Bantuan dan Pengembangan Sosial pada 2021, terjadi peningkatan populasi tunawisma di Kota Sao Paulo.

Pada 2019, jumlah tunawisma di jalanan Sao Paulo sebanyak 24.344 orang. Angka tersebut meningkat 31 persen menjadi hampir 31.884 pada tahun 2021. Penambahan ini terjadi salah satunya karena dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi Covid-19. 

Berdasarkan sensus 2021 yang dilakukan, jumlah orang yang tinggal di jalanan dalam kelompok keluarga juga mengalami kenaikan sebesar 8,6 persen atau 30 persen persen dari populasi tunawisma saat ini.

Pemerintah setempat berupaya untuk memberikan solusi berlandaskan prinsip koneksi, kepedulian dan peluang. Beberapa program dibuat untuk tujuan memberikan layanan dan dukungan kepada mereka, baik dalam hal kebutuhan perumahan permanen, bantuan pendapatan dan sewa, akses perumahan sementara. Selain itu, ada pula pelatihan profesional dan penempatan kerja.

5. Lagos, Nigeria

Nigeria adalah salah satu negara dengan jumlah tunawisma terbanyak. Data Borgen Project pada 2020 menyebutkan ada sekitar 24,4 juta tunawisma di Nigeria. Jumlah tersebut setara dengan 13 persen dari keseluruhan populasi. 

Di Kota Lagos, dengan populasi sekitar 24 juta orang, diperkirakan lebih dari 70 persen penduduk tinggal di ‘permukiman informal’. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena permukiman informal rawan penggusuran lantaran lahan yang ditempati kerap menjadi sasaran proyek pembangunan. 

Pengemis merupakan salah satu permasalahan sosial yang dihadapi banyak kota di dunia, salah satunya di Lagos, Nigeria. (Foto: vanguardngr)
Pengemis merupakan salah satu permasalahan sosial yang dihadapi banyak kota di dunia, salah satunya di Lagos, Nigeria. (Foto: vanguardngr)

Setidaknya, sebanyak 50.000 orang telah diusir paksa dari permukiman informal tersebut, menyebabkan mereka kehilangan tempat tinggal.

Selain masalah tunawisma, Lagos juga menghadapi persoalan kemiskinan. Sebanyak dua pertiga populasi kota ini hidup di bawah garis kemiskinan. 
Kemiskinan tentu berimbas pada hadirnya pengemis. Mengutip dari laman punchng.com, terdapat pengemis yang dioperasikan oleh sindikat, menjadikannya sebagai bisnis besar. Mereka tidur di berbagai tempat, seperti di bawah jembatan, tempat parkir, bangunan yang terbengkalai, dan tempat lain yang tidak kondusif untuk dihuni. 

Tidak ada jumlah pasti pengemis di Lagos. Namun, jumlahnya mengalami peningkatan pada tahun lalu. Melansir dari punchng, sebanyak 123.000 orang dilaporkan memasuki Lagos setiap hari, beberapa tetap tinggal dan menjadi pengemis.

Editor: Umaya Khusniah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut