Lupakan Konflik, Taiwan dan China Bersatu demi Seekor Panda yang Sekarat
TAIPEI, iNews.id - Di tengah meningkatnya ketegangan, Taiwan dan China bisa menahan tensi demi seekor panda. Hewan lucu bernama Tuan Tuan yang sedang sekarat di Kebun Binatang Taipei bisa sedikit mencairkan hubungan kedua pihak.
Hubungan kedua pihak memburuk sejak 2016 setelah China memutuskan komunikasi resmi dan kunjungan pejabat pemerintah. Namun Taiwan mengundang dokter hewan China untuk memantau kondisi Tuan Tuan yang sakit parah. Dokter hewan pertama kali mengetahui panda 18 tahun itu sakit pada Agustus. Saat itu Tuan Tuan mengalami kejang-kejang, sempoyongan, dan lesu. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Tuan Tuan kemungkinan menderita tumor otak.
Panda jantan yang dihadiahkan China untuk Taiwan pada 2008 itu kini dipindah ke fasilitas perawatan intensif karena kondisinya sudah sangat buruk.
Kebun Binatang Taipei menyatakan dokter hewan China akan tinggal selama 7 hari untuk memantau Tuan Tuan, namun tak akan memeriksanya.
“Tujuan utamanya adalah mengunjungi Tuan Tuan dan melihat kondisinya. Mereka menyatakan keinginan untuk datang melihat Tuan Tuan,” kata Eve Wang, kepala bagian satwa Kebun Binatang Taipei, dikutip dari AFP, Jumat (28/10/2022).
Belum diketahui kapan para dokter hewan China tiba. Namun Dewan Urusan Taiwan sebelumnya menyatakan para dokter itu sedang memproses visa.
Tuan Tuan dan pasangannya, Yuan Yuan, dihadihkan ke Taiwan saat hubungan kedua pihak masih terbilang baik. Sejak itu keduanya menjadi bintang besar di Taiwan, apalagi setelah Yuan Yuan melahirkan dua panda betina.
“Dia (Tuan Tuan) masih kecil dan sangat lucu saat pertama kali tiba di sini. Dia seperti bayi milik semua orang. Hati saya hancur melihatnya seperti ini,” kata Heng Ling Lin, pengunjung kebun binatang.
China biasanya hanya meminjamkan panda ke kebun binatang di luar negeri. Anak-anak yang dilahirkan harus dikembalikan ke China setelah beberapa tahun. Namun China memberikan keistimewaan untuk Taiwan yang sepenuhnya memeberikan Tuan Tuan dan Yuan Yuan serta keturunan mereka.
Editor: Anton Suhartono