Mahathir Duga Pesawat Malaysia MH370 Dikendalikan dari Jarak Jauh
KUALA LUMPUR, iNews.id – Keberadaan pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang sejak Maret 2014 masih misterius. Sejauh ini hanya ditemukan tiga puing pesawat di Samudera Hindia.
Berbagai spekulasi mengenai penyebab hilangnya pesawat yang hilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Beijing itu sudah dikemukakan. Namun tetap saja tak membantu menguak apa yang sebenarnya terjadi dengan pesawat yang mengangkut 239 penumpang dan kru itu.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, dalam wawancaranya dengan surat kabar Australia, The Australian, mengemukakan teori lain.
Menurut dia, ada kemungkinan kendali pesawat Boeing 777 itu diambil alih dari jarak jauh untuk menggagalkan pembajakan. Namun dia tidak yakin pemerintah terlibat dalam hal ini.
“Ada laporan pada 2006, Boeing mendapat lisensi untuk mengambil alih pesawat yang dibajak saat dalam penerbangan. Saya juga masih mengira apakah hal itu terjadi atau tidak,” kata pria berusia 92 tahun itu, sebagaimana dikutip kembali oleh AFP, Jumat (23/3/2018).
Menurut dia, sangat heran pesawat tak meninggalkan jejak sama sekali. Pesawat yang di laut saja, masih bisa ditemukan, namun tidak dengan MH370.
Pihak yang mampu melakukan pengambilalihan kemudi, kata Mahathir, adalah Boeing.
“Teknologinya ada di sana,” ujarnya.
Mahathir mengungkapkan, saat ini teknologi mengendalikan alat transportasi dari jarak jauh bukan hal yang aneh lagi, termasuk pesawat terbang. Bahkan, kata dia, pesawat tempur bisa dikendalikan dari jarak jauh.
“Anda tahu bagaimana orang-orang saat ini bisa mengoperasikan pesawat tanpa pilot. Bahkan pesawat tempur akan dioperasikan tanpa pilot. Beberapa teknologi yang kita bisa baca di media, tapi banyak hal-hal penting dari militer yang tidak dipublikasikan,” kata pemimpin kelompok oposisi itu.
Berdasarkan laporan, pada 2006 Boeing menerima paten dari otoritas AS untuk penggunaan teklnologi itu. Saat diaktifkan, Boeing bisa mengambil alih kendali pesawat komersial dari pilot dan kru saat terjadi pembajakan.
Editor: Anton Suhartono