Mahathir Mohamad Masih Bingung Kenapa Kalah Pemilu Malaysia: Apa Salah Saya?
KUALA LUMPUR, iNews.id - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sampai saat ini belum tahu mengapa dirinya kalah dalam pemilu pada November 2022. Pria 98 tahun itu gagal mendapatkan kursi parlemen dari Langkawi setelah kalah dari pesaingnya, politikus dari koalisi Perikatan Nasional.
Itu merupakan kekalahan tragis Mahathir dalam karier politiknya sejak 1969.
Dalam wawancara dengan surat kabar The New Starits Times, Mahathir mengaku belum mengetahui mengapa warga Langklawi menolaknya. Pria yang menjabat sebagai perdana menteri Malaysia terlama itu mengaku tidak melakukan kesalahan kepada warga Langkawi.
“Saya kehilangan 14.000 suara. Saya tidak tahu apa kesalahan saya. Apa yang telah saya lakukan," ujarnya.
Dalam pemilu tersebut, Mahathir hanya memperoleh 4.566 suara, sementara pesaing terkuatnya dari koalisi Perikatan Nasional, Suhaimi Abdullah, mendapat 25.463 dukungan.
Dia mengaku agak kecewan dengan hasil tersebut, apalagi telah melakukan banyak hal untuk membangun Langkawi.
“Saya tidak dongkol, tapi saya sudah melakukan banyak hal untuk Langkawi,” tutur pemimpin Partai Pejuang Tanah Air tersebut.
Mahathir sangat dihormati karena berhasil mengubah Langkawi menjadi wilayah yang sejahtera, bahkan pulau itu disebut sebagai surga bebas pajak pada 1987. Saat itu Mahathir menjadi PM Malaysia.
Keputusan itu berdampak pada datangnya banyak investasi pariwisata di Langkawi, termasuk bandara, layanan feri, dan hotel mewah.
Bukan hanya Mahathir, tak satu pun politisi Partai Pejuang Tanah Air yang bisa masuk parlemen nasional dalam pemilu kali ini.
Para pengamat menilai, kekalahan Mahathir dipicu ketidakyakinan pemilih dengan janji Mahathir untuk memperbaiki ekonomi Malaysia dan mengembalikan investasi asing dengan memberantas korupsi.
Ada juga pemilih yang kecewa dengan kepemimpinan Mahathir setelah dia mengundurkan diri sebagai PM pada 2020. Saat itu dia mengalami konflik dengan rekan sekoalisi, Anwar Ibrahim. Pasalnya, setelah koalisi Pakatan Harapan memenangkan pemilu 2018, Mahathir berjanji akan menyerahkan jabatan PM. Namun itu tak dilakukannya hingga mengundurkan diri 2 tahun kemudian.
Beda nasib dengan Mahathir, Anwar Ibrahim justru berjaya di pemilu kali ini. Meski jumlah suara koalisi Pakatan Harapan dalam pemilu gagal mencapai syarat yang ditentukan untuk membentuk pemerintahan, Anwar akhirnya bisa menjadi PM.
Editor: Anton Suhartono