Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kapal Pengungsi Rohingya Terbalik di Perairan Malaysia-Thailand, Ratusan Orang Hilang
Advertisement . Scroll to see content

Mahathir Mohamad Sebut Singapura Seharusnya Balik ke Pangkuan Malaysia, Begini Sejarah Berpisahnya

Rabu, 22 Juni 2022 - 18:51:00 WIB
Mahathir Mohamad Sebut Singapura Seharusnya Balik ke Pangkuan Malaysia, Begini Sejarah Berpisahnya
Sejarah berpisahnya Singapura dari Malaysia (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Singapura juga disebut-sebut oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dalam pernyataan kontroversialnya di Kongres Survival Melayu, Minggu (19/6/2022), di Negara Bagian Selangor. Dia mengatakan Negara Bagian Johor seharusnya menarik kembali Singapura masuk Malaysia setelah terlepas.

Sebelum dikenal sebagai negara kaya nan maju seperti saat ini, Singapura pernah mengalami masa-masa sulit dan kelam. Di akhir Perang Dunia II, Singapura yang kala itu sudah lepas dari penjajahan Jepang, menjadi daerah kekuasaan Inggris. Setelah itu, masyarakat Singapura menyerukan kemerdekaan, menginginkan merdeka yang berdiri sendiri.

Melihat kondisi yang kurang kondusif itu, Inggris mulai mempersiapkan pemerintahan otonomi bagi Singapura dan Malaysia. Namun pada 1 April 1946, Permukiman Selat (julukan untuk wilayah permukiman Inggris di Asia Tenggara) dibubarkan. Singapura lalu masuk dalam koloni kerajaan terpisah dan dipimpin gubernur. Kemudian pada 1947, Singapura memiliki dewan legislatif dan eksekutif sendiri yang terpisah dari kerajaan. 

Keinginan Singapura untuk merdeka tak sampai di situ. Pada 1955, seorang pimpinan partai besar Singapura, David Marshall, terbang ke London untuk bertemu pemerintah Inggris. Dia meminta agar Singapura menjadi negara merdeka seutuhnya. Namun permintaannya ditolak. Marshall kemudian digantikan oleh Lim Yew Hock. 

Di masa pemerintahan Hock, Singapura berhasil mendapat kewenangan penuh dari Inggris untuk bisa menjalankan pemerintahan sendiri. Namun dengan catatan, Singapura tidak bisa mengurus urusan pertahanan dan hubungan luar negeri secara independen. Dapat dipastikan, keputusan ini cukup mengikat dan tidak memberikan kemerdekaan penuh bagi Negeri Singa. 

Singapura kemudian menggelar pemilu pertamanya pada 1959 hingga memilih PAP (People Action Party atau Partai Aksi Rakyat) sebagai pemenang. Para anggota dan pimpinan PAP meyakini bahwa Singapura akan kokoh jika bergabung dengan Malaysia karena keduanya memiliki sejarah panjang yang kuat, apalagi di bidang ekonomi. Ajuan penggabungan Singapura dengan Malaysia pun dicetuskan dan terwujud pada 1962.

Setahun setelahnya, Singapura resmi menjadi bagian dari Federasi Malaysia. Namun, hal ini tak berlangsung lama sebab Singapura lepas dari pangkuan Malaysia pada 1965. 

Pemicu terlepasnya Singapura adalah adanya berbagai perbedaan yang menghantui hubungan kedua pihak, mulai dari ideologi, ketidaksetaraan dalam perlakuan, dan konflik di bidang ekonomi.

Dalam penelitian bertajuk ‘Penyebab, Proses, dan Dampak Keluarnya Singapura dari Malaysia’, disebutkan Singapura menuntut agar kedudukannya sebagai pusat perindustrian, pelabuhan, dan perdagangan tidak disaingi oleh Malaysia atau kerajaan pusat. Singapura juga menginginkan adanya keistimewaan menyangkut cukai dari kerajaan.

Selanjutnya, masyarakat Singapura menghendaki kesamaan (kesetaraan) hak untuk seluruh rakyat tanpa pandang bulu. Merasa suasana tidak kondusif dan membuka lebar peluang konflik, Perdana Menteri Malaysia Abdul Rahman mendesak parlemen untuk mengeluarkan Singapura dari Malaysia. 

Pada 9 Agustus 1965, Parlemen Singapura mengesahkan UU pemisahan Singapura dari Malaysia. Maka dari itu, Singapura meraih kemerdekaannya secara penuh dan terpilihlah Lee Kuan Yew sebagai perdana menteri pertama.

Dalam pidatonya pada Minggu, Mahathir mengatakan Singapura pernah dimiliki oleh Johor. Oleh karena Johor dan negara bagiannya harus menuntut agar Singapura bisa diambil kembali ke Malaysia. 

“Namun, tidak ada tuntutan apa pun dari Singapura. Sebaliknya, kami menunjukkan apresiasi kepada kepemimpinan negara baru bernama Singapura,” ujarnya.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut