Mana Lebih Berbahaya, Perubahan Iklim atau Perang Nuklir? Ini Jawaban Menlu AS
WASHINGTON, iNews.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyebut ancaman senjata nuklir tak lebih berbahaya dari dampak perubahan iklim. Korban yang jatuh akibat perubahan iklim juga terbilang besar.
Hal itu disampaikan Blinken dalam wawancara dengan stasiun televisi Australia, Minggu (30/7/2023). Dia ditanya, apakah perang nuklir atau perubahan iklim yang menjadi ancaman terbesar bagi umat manusia?"
"Iya, menurut saya, Anda tidak bisa memiliki hierarki. Ada beberapa hal menonjol, termasuk potensi konflik, tapi tidak diragukan lagi iklim merupakan tantangan eksistensial bagi kita semua,” kata Blinken, dikutip Minggu (30/7/2023).
“Jadi bagi kita, ini adalah tantangan eksistensial. Tidak berarti bahwa untuk sementara tidak ada tantangan berat terhadap tatanan internasional seperti agresi Rusia terhadap Ukraina,” katanya, melanjutkan.
PBB menetapkan Juli sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah Bumi. Organisasi perdamaian dunia itu menyerukan percepatan tindakan untuk mengurangi emisi karbon, termasuk penghentian global penggunaan batu bara pada 2040.
Awal musim panas ini, Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry mendesak perombakan sistem pertanian dunia untuk mengurangi emisi karbon dari pertanian dalam upaya mencegah kenaikan suhu setengah derajat pada pertengahan abad ini.
Sementara itu AS terus memasok senjata berat ke Ukraina dengan kemampuan yang lebih berbahaya. AS dan negara NATO lainnya mempersenjatai bantuan rudal jarak jauh untuk Ukraina.
Mereka juga mendiskusikan pengiriman jet tempur F-16 ke Ukraina.
Sementara itu Rusia terus memperingatkan, pengiriman senjata ke Ukraina hanya membuat perang semakin panjang. Selain itu negara-negara sponsor senjata Ukraina berpeluang terlibat langsung dalam perang habis-habisan dengan Rusia.
Editor: Anton Suhartono