Mantan Musuh Jadi Mitra: AS Peluk Suriah demi Stabilitas Timur Tengah
WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) kini mengambil langkah berani dengan merangkul Suriah sebagai mitra baru di kawasan Timur Tengah. Negara yang selama bertahun-tahun dijatuhi sanksi dan dikucilkan karena tuduhan terorisme itu kini justru diperlakukan sebagai sekutu strategis oleh Washington.
Perubahan sikap ini terlihat jelas saat Presiden AS Donald Trump menerima kunjungan resmi Presiden Suriah Ahmad Al Sharaa di Gedung Putih, Senin (10/11/2025). Kunjungan tersebut menjadi yang pertama dalam sejarah hubungan kedua negara sejak Suriah merdeka pada 1940-an.
Trump tak segan memuji Sharaa sebagai pemimpin kuat dan tangguh yang mampu membawa Suriah keluar dari keterpurukan perang.
“Dia berasal dari lingkungan yang keras, dan dia orang yang keras. Saya menyukainya,” kata Trump, seperti dikutip dari Sputnik.
Lebih dari sekadar basa-basi diplomatik, pertemuan itu menandai perubahan besar dalam strategi AS di Timur Tengah. Trump menegaskan bahwa Washington ingin menjadikan Suriah sebagai bagian dari solusi, bukan sumber masalah.
“Saya cocok dengannya, presiden baru Suriah, dan kami akan melakukan segala yang kita bisa untuk menjadikan Suriah sukses, karena Suriah bagian penting dari Timur Tengah,” ujar Trump.
Sebagai langkah nyata, AS mencabut sanksi berat terhadap Damaskus, termasuk Undang-Undang Caesar, yang selama ini mengekang ekonomi Suriah. Pencabutan ini juga diikuti oleh dukungan Dewan Keamanan PBB yang secara bulat menyetujui resolusi penghapusan sanksi terhadap Al Sharaa.
Sumber di Gedung Putih menyebut bahwa Washington melihat Damaskus sebagai mitra potensial dalam menjaga stabilitas kawasan, terutama dalam memerangi sisa-sisa jaringan teroris dan menekan pengaruh Iran.
Trump bahkan mengakui peran Israel dalam mendukung proses rekonsiliasi ini.
“Kami bekerja sama dengan Israel untuk menjalin hubungan baik dengan Suriah, menjalin hubungan baik dengan semua pihak, dan itu berhasil dengan luar biasa,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Al Sharaa menyambut baik dukungan AS namun menegaskan Suriah tetap mempertahankan kedaulatan dan kebijakannya sendiri. Dia mengatakan, kerja sama ini tidak berarti menyerahkan prinsip, melainkan langkah pragmatis demi masa depan yang lebih stabil.
“Kami berbicara tentang masa depan, tentang peluang, bukan masa lalu,” kata Al Sharaa, kepada Fox News.
Langkah Washington merangkul Damaskus menandai perubahan besar dalam lanskap geopolitik Timur Tengah. Dari yang semula musuh bebuyutan, kini AS dan Suriah berdiri di sisi yang sama, setidaknya untuk satu tujuan: menjaga stabilitas kawasan yang selama ini menjadi jantung konflik global.
Editor: Anton Suhartono