Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Prancis Kirim Tentara ke Israel, Awasi Gencatan Senjata Gaza
Advertisement . Scroll to see content

Mantan Presiden Prancis: Kekuasaan Macron sudah Tamat

Minggu, 23 Juni 2024 - 07:48:00 WIB
Mantan Presiden Prancis: Kekuasaan Macron sudah Tamat
Presiden Prancis Emmanuel Macron kehilangan dukungan mayoritas absolutnya di parlemen saat terpilih lagi jadi kepala negara pada 2022. (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

PARIS, iNews.id - Mantan Presiden Prancis Francois Hollande menganggap kekuasaan Presiden petahana Emmanuel Macron sudah “tamat”. Hal itu dia sampaikan setelah mantan muridnya itu menyerukan pemilu sela yang berpeluang memberikan keuntungan besar kepada kelompok sayap kanan.

“Saya tidak punya masalah yang harus diselesaikan sama sekali. Itu semua sudah berlalu,” kata Hollande kepada AFP pada Sabtu (22/6/2024), saat berkampanye di daerah asalnya, Correze, Prancis Tengah, tempat dia mencalonkan diri sebagai anggota parlemen.

Seiring dengan elektabilitasnya yang buruk di sejumlah hasil survei pada saat itu, Hollande yang berhaluan sosialis memutuskan untuk tidak mencalonkan diri lagi sebagai presiden untuk masa jabatan kedua pada Pemilu Prancis 2017. Sementara itu, sebagai sosok yang pro kepada pengusaha, Macron yang sebelumnya menjabat menteri perekonomian berhasil meraih kemenangan mengejutkan yang menghancurkan partai-partai pemerintahan tradisional, baik sayap kiri maupun kanan.

Sekarang, periode kedua masa jabatan Macron sebagai kepala negara sudah berjalan dua tahun. “Macronisme sudah tamat, itu pun jika memang pernah ada. Tapi ini sudah berakhir, saya mengatakannya tanpa rasa permusuhan khusus,” ujar Hollande.

“Saya tidak bermaksud masa jabatan presidennya akan segera berakhir, itu sesuatu yang berbeda. Tapi apa yang mungkin dia wakili untuk sementara waktu sudah berakhir,” tutur pendahulu Macron itu lagi.

Terpilih kembali pada 2022 untuk masa jabatan lima tahun kedua, Macron kehilangan mayoritas absolutnya di parlemen dalam pemilihan legislatif pada tahun yang sama. Partainya tertatih-tatih dalam pemerintahan minoritas, melakukan reformasi yang penuh perjuangan dan kontroversial, termasuk menaikkan usia pensiun pegawai dan memperketat undang-undang imigrasi.

Akan tetapi, kekalahan telak pada pemilu Parlemen Eropa pada 9 Juni mendorong Macron membubarkan parlemen dengan harapan dapat memecahkan kebuntuan.

Pemilihan umum anggota parlemen baru Prancis akan digelar pada 30 Juni dan 7 Juli. Menurut prediksi sejauh ini, partai sayap kanan National Rally (RN) yang anti-Islam tampaknya akan memenangkan kursi terbanyak.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut