Media Pemerintah China Sebut Tragedi Tiananmen Tak Akan Terulang di Hong Kong
BEIJING, iNews.id - Pemerintah China menggerakkan personel Kepolisian Bersenjata Rakyat (PAP) ke Shenzhen, perbatasan dengan Hong Kong, sejak akhir pekan lalu, di saat situasi di wilayah semiotonomi itu memanas.
Meski berdalih pengerahan pasukan ini hanya sekadar latihan, kecurigaan tetap muncul karena bersamaan dengan memanasnya krisis di Hong Kong. Terlebih lagi, Dubes China untuk Inggris, Liu Xiaming mengatakan, negaranya siap mengerahkan kekuatan jika kondisi di sana tak terkendali.
Namun media pemerintah China, Global Times, dalam editorial Jumat (16/8/2019), memastikan negara akan menggunakan cara lebih elegan untuk mengakhiri krisis ini.
Global Times menyebut, China tak akan mengulangi tragedi Lapangan Tiananmen di Hong Kong, merujuk para pembantaian demonstran prodemokrasi pada 4 Juni 1989.
"Insiden di Hong Kong tidak akan menjadi pengulangan peristiwa politik pada 4 Juni 1989. China jauh lebih kuat dan lebih dewasa, dan kemampuannya untuk mengelola situasi yang kompleks sudah sangat berkembang," bunyi tulisan, seperti dilaporkan kembali AFP.
Aksi unjuk rasa menentang RUU ekstradisi telah berlangsung selama 10 pekan. Demonstrasi diwarnai kerusuhan hingga pendudukan fasilitas transportasi, termasuk bandara, sehingga melumpuhkan aktivitas pergerakan warga dan perekonomian kota administratif itu.
Di sisi lain, gencarnya propaganda dan peringatan keras memicu kekhawatiran bahwa China mungkin akan mengintervensi, termasuk dengan mengerahkan militer.
Penempatan PAP di Shenzhen meningkatkan kekhawatiran bahwa China akan mengulangi peristiwa Tiananmen, di mana mahasiswa yang berdemonstrasi di jantung Beijing dibantai. Diperkirakan ratusan hingga ribuan orang tewas, meskipun tidak ada angka resmi.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat John Bolton memperingatkan pada Kamis agar China tidak membuat Lapangan Tiananmen baru dalam menanggapi aksi unjuk rasa di Hong Kong.
China berulang kali menuding asing mengintervensi masalah di Hong Kong. Global Times, masih di editorial yang sama menyatakan, AS tidak akan dapat mengintimidasi China dengan mengangkat isi peristiwa berdarah 30 tahun lalu.
Editor: Anton Suhartono