Memorial hingga Kuburan Dirusak, Kasus Anti-Yahudi Berlanjut di Eropa
PARIS, iNews.id - Serangkaian peristiwa perusakan memorial, kuburan, hingga penyerangan fisik terhadap kelompok Yahudi terjadi di beberapa negara Eropa beberapa tahun belakangan.
Yang terbaru, sebuah situs memorial di Sinagoge Yahudi di Strasbourg, sebuah kota di Prancis bagian timur, dirusak. Hal itu dikonfirmasi Wakil Wali Kota Strasbourg, Alain Fontanel.
Dilaporkan BBC, Senin (4/3/2019), lewat Twitter, Fontanel mengunggah gambar marmer memorial yang terlepas dari alasnya. Dia menyebut serangan itu sebagai tindakan anti-Semitisme baru di kotanya.
Memorial itu berdiri di situs sinagoge yang dibakar oleh Nazi pada September 1940.
Bulan lalu, puluhan kuburan di pemakaman Yahudi dicorat-coret. Gambar Swastika dan slogan-slogan anti-Semit disemprotkan di kuburan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi pemakaman yang terletak di Quatzenheim tersebut setelah insiden terjadi. Macron menyatakan tekad bulat untuk memerangi gerakan anti-Semitisme dalam segala bentuk.
Setelah kejadian terakhir di Strasbourg, Fontanel berkata, "Sayangnya, sejarah berulang."
Dia mengatakan pejabat terkait dan polisi sedang melakukan pencarian terhadap orang-orang yang merusak memorial itu.
Prancis memiliki komunitas Yahudi terbesar di Eropa, setidaknya sebanyak 550.000 orang.
Kenaikan kasus anti-Semit di Prancis
Statistik yang diterbitkan bulan lalu menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 74 persen dalam kasus anti-Semit di Prancis, dari 311 kasus pada 2017 menjadi 541 pada tahun 2018.
Dalam satu kasus, jendela sebuah toko roti milik kaum Yahudi di Paris dicoret-coret dengan kata "Juden" (Yahudi dalam bahasa Jerman).
Bulan lalu, polisi juga turun tangan untuk melindungi filsuf, Alain Finkielkraut, setelah dia dibombardir dengan ejekan anti-Yahudi oleh sekelompok pengunjuk rasa rompi kuning di Paris.
Kelompok-kelompok Yahudi menyatakan meningkatnya gerakan kanan-ekstrem (far-right) memicu gerakan anti-Semitisme dan kebencian terhadap kelompok minoritas lainnya.
Selain di Prancis, survei yang dilakukan Badan Hak Asasi Uni Eropa pada 2018 menunjukkan, kasus serupa juga terjadi di negara-negara lain di Eropa seperti Jerman, Belgia, Polandia, and Swedia.
Kasus serupa di Jerman
Data kejahatan yang dirilis otoritas Jerman pekan lalu mengungkapkan, kasus anti-Semit meningkat 10 persen selama tahun lalu -termasuk peningkatan 60 persen dalam serangan fisik.
Pemerintah Jerman menyatakan mayoritas serangan dilakukan kelompok ekstrem kanan dan Islam.
Josef Shcuster, kepala Dewan Pusat kelompok Yahudi di Jerman, mengatakan angka itu menunjukkan bahwa tindakan tegas pemerintah sangat dibutuhkan.
"Angka terakhir ini belum resmi, tetapi setidaknya angka itu mencerminkan kecenderungan (anti-Semit), dan itu menakutkan," katanya, dalam sebuah pernyataan kepada BBC.
"Apa yang dianggap sebagai kesan subjektif di kalangan orang Yahudi sekarang terkonfirmasi dalam bentuk statistik."
Tahun lalu, pemerintah Jerman mengumumkan tim khusus akan dikirim ke sekolah-sekolah Jerman untuk memerangi anti-Semitisme.
Kanselir Angela Merkel mengatakan setiap orang bertanggung jawab untuk memiliki sikap "nol toleransi" terhadap anti-Semitisme dan bentuk-bentuk xenofobia lainnya.
"Orang-orang yang tumbuh dewasa di era ini harus tahu apa yang dapat dilakukan orang-orang di masa lalu dan kita harus bekerja proaktif untuk memastikan hal itu tidak pernah terulang," kata Merkel.
Kasus anti-semitisme meningkat tajam di Swedia
Data Badan Hak Asasi Uni Eropa pada 2018 menunjukkan, peningkatan tajam pada kasus anti-semitisme juga terjadi di Swedia.
Pada 2017, kampanye kebencian neo-Nazi memaksa sebuah komunitas Yahudi di kota utara Umea berhenti beraktivitas.
Kemudian pada Desember 2018, tiga lelaki asal Timur Tengah melemparkan bom bensin ke sebuah sinagog di Gothenburg ketika orang-orang muda sedang mengadakan pesta. Serangan itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Populasi Yahudi Swedia hanya 20.000 orang dan sebagian besar sangat berhati-hati untuk tidak menonjol.
"Kebanyakan orang Yahudi di Swedia tidak menunjukkan kepada publik bahwa mereka adalah orang Yahudi," kata Isak Reichel, sekretatis jeneral komunitas Yahudi pusat di Swedia.
"Mereka tidak berjalan-jalan dengan kippah. Jika mereka memiliki Bintang Daud di leher mereka, mereka menyembunyikannya. Anak-anak di sekolah tidak mengatakan mereka adalah orang Yahudi," katanya, kepada BBC.
Apa yang terjadi di Inggris?
Mayoritas insiden anti-Semitisme di Inggris adalah perlakuan kasar terjadap kelompok Yahudi dan pada 2017 jumlahnya mencapai rekor.
Hal itu diungkap Community Security Trust, sebuah badan amal yang bekerja sama dengan polisi untuk melindungi orang Yahudi.
Selama berbulan-bulan di musim panas tahun lalu, anti-Semitisme menjadi pusat wacana politik, dengan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn, dituding anti terhadap kelompok Yahudi.
Partai tersebut memperdebatkan peran Israel dalam definisi anti-Semitisme yang diadopsi oleh Aliansi Pengingat Holocaust Internasional (IHRA). Buruh akhirnya setuju pada definisi itu pada September, tetapi menambahkan pernyataan tentang melindungi kebebasan berbicara.
Beberapa pekan kemudian anggota Partai Buruh keturunan Yahudi, Luciana Berger, menghadiri konferensi tahunan partai dengan dikawal anggota kepolisian.
Rekomendasi Dewan Uni Eropa
Dewan Uni Eropa menyerukan kepada negara-negara untuk menggunakan definisi anti-Semitisme yang ditetapkan IHRA sebagai panduan dalam pendidikan dan pelatihan.
Badan hak asasi UE juga mendesak negara-negara anggotanya untuk bekerja sama dengan komunitas Yahudi untuk melindungi situs-situs Yahudi. Selain itu, badan tersebut meminta negara anggota untuk mendampingi korban saat melaporkan serangan yang mereka alami.
Editor: Nathania Riris Michico