Menanti Pidato Tahun Baru Kim Jong Un, Penentuan Nasib Pembicaraan Nuklir AS dan Korut
SEOUL, iNews.id - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menyerukan militer dan para diplomatnya untuk mempersiapkan langkah 'aktif dan ofensif' untuk melindungi keamanan dan kedaulatan negara.
Pernyataan itu disampaikan Kim dalam rapat para petinggi Komite Pusat Partai Buruh, di Pyongyang dan menjelang pidato Tahun Baru yang akan disampaikan pada Rabu (1/1/2020) sebagaimana dilaporkan kantor berita KCNA.
Kim mengatakan Korut akan menggunakan cara baru jika AS tetap memberakukan sanksi ekonomi atau memberikan tekanan lebih besar.
Dari pernyataan tersebut muncul spekulasi bahwa Kim akan mengumumkan perubahan kebijakan besar dalam pidato Tahun Baru 2020.
Tidak dijelaskan keputusan apa pun yang dibuat dalam pertemuan tersebut serta apa sikap Kim terhadap AS yang tak mengindahkan ancaman batas waktu pada akhir tahun. Korut memberi waktu sampai akhir tahun ini bagi AS untuk mengubah sikap dalam pembicaraan denuklirisasi Semenjang Korea.
"Menekankan kebutuhan untuk mengambil langkah-langkah aktif dan ofensif untuk sepenuhnya memastikan kedaulatan dan keamanan negara seperti yang dibutuhkan dalam situasi saat ini, (Kim) menunjuk pada tugas bidang urusan luar negeri, industri amunisi dan angkatan bersenjata DPRK (Korut)," demikin laporan surat kabar Rodong Sinmun.
Lebih lanjut Kim mendorong kemandirian ekonomi negara sehingga tak bergantung pada pihak lain. Dia menyebut perekonomian bangsa dalam kondisi gawat.
"Menganalisis masalah yang timbul terhadap bangsa secara keseluruhan, termasuk manajemen negara dan konstruksi ekonomi saat ini," isi laporan.
Kim juga menekankan perlunya memperbaiki sistem kerja dan ketertiban ekonomi bangsa serta membangun kedisiplinan yang kuat. Hal lainnya adalah memperbaiki sektor industri utama.
Juru Bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan Lee Sang Min mengatakan, pihaknya mengamati dengan cermat pertemuan Kim dengan pejabat Partai Buruh Korut. Dia enggan berspekulasi soal pernyataan Kim terkait keamanan 'aktif dan ofensif'.
Pertemuan petinggi partai digelar sejak Sabtu dan masih berlangsung hingga Senin. Ini merupakan pertama kalinya rapat pleno Komite Pusat Partai Buruh berlangsung lebih dari 2 hari.
Peneliti senior masalah Korut dari Institut Sejong, Cheong Seong Chang, mengatakan, ini mengindikasikan bahwa Korut menghadapi masalah sangat serius.
"Keputusan Pyongyang untuk menggelar paripurna selama beberapa hari menggambarkan betapa seriusnya mereka memandang kondisi dalam dan luar negeri," kata Cheong.
Dia juga menilai pertemuan ini menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat program nuklir dan rudal Korut, mengingat komandan pasukan strategis tentara Korut terlihat dalam pertemuan pada Sabtu.
Pembicaraan denuklirisasi Semenanjung Korea antara Kim dan Presiden Donald Trump mengalami kebuntuan sejak pertemuan mereka di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019. AS ingin Korut melucuti nuklirnya terlebih dulu, sementara pemerintahan Kim ingin AS mencabut sebagian sanksi terlebih dulu. Inilah poin utama tuntutan Korut kepada AS terkait tenggat waktu untuk mengubah sikap.
Editor: Anton Suhartono