Mencekam! Gerombolan Bersenjata Ambil Alih Stasiun TV saat Siaran Langsung
QUITO, iNews.id – Serangkaian insiden kekerasan kembali melanda Ekuador, Selasa (9/1/2024) waktu setempat. Gerombolan bersenjata mengambil alih salah satu stasiun televisi di negara itu di tengah siaran langsung.
Peristiwa itu terjadi tak lama setelah Presiden Ekuador, Daniel Noboa, menyebut 22 geng kriminal sebagai organisasi teroris dan target militer.
Reuters melansir, polisi menangkap 13 pria bersenjata yang mengambil alih stasiun televisi TC selama siaran langsung. Sementara di tempat lain, setidaknya tujuh polisi diculik dan terjadi beberapa ledakan di seluruh negeri.
Noboa, yang mulai menjabat pada November lalu, berjanji untuk membendung kekerasan terkait perdagangan narkoba. Pada Senin (8/1/2024), dia mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari. Langkah tersebut sebagai tanggapan atas kerusuhan yang terjadi di salah satu penjara—termasuk penyanderaaan para sipir oleh narapidana—dan lolosnya gembong narkoba yang berbahaya, Adolfo Macias alias Fito, akhir pekan lalu.
Pada Selasa, Noboa mengakui adanya “konflik bersenjata” dalam negeri dan mengidentifikasi 22 geng kriminal sebagai kelompok teroris, termasuk Los Choneros pimpinan Fito.
Pemerintah menyatakan, sejumlah kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan reaksi terhadap rencana Noboa untuk membangun penjara baru dengan keamanan tinggi, serta memindahkan para pemimpin geng yang dipenjara ke sana.
“Kejadian hari ini menunjukkan bahwa tindakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah pusat sangat berdampak pada struktur kejahatan, dan sebagai jawabannya, tindakan dan keputusan tersebut telah menciptakan gelombang kekerasan untuk menakut-nakuti masyarakat,” kata Panglima Angkatan Bersenjata Ekuador, Laksamana Jaime Vela, pascapertemuan dengan Noboa dan pejabat lainnya, Selasa (9/1/2024).
Kerusuhan di Ekuador membuat Pemerintah Peru mengumumkan keadaan darurat di sepanjang perbatasannya dengan Ekuador. Sementara Brasil, Kolombia, dan Cile menyatakan dukungan mereka terhadap Pemerintah Ekuador.
Pengambilalihan studio TC di Guayaquil disiarkan langsung selama sekitar 20 menit. Sekelompok pria mengenakan sebo dan sebagian besar berpakaian hitam memegang senjata dan menyapa staf yang berkerumun di lantai.
Suara tembakan dan teriakan terdengar pada siaran langsung itu, dan beberapa penyerang menunjuk ke arah kamera. Seseorang terdengar berteriak “tidak ada polisi!”. Siaran TC sendiri mengudara secara nasional di Ekuador.
Koordinator liputan TC, Leonardo Flores Moreno menuturkan, para penyerang masuk melalui resepsionis gedung, menyerang staf di sana dan meninggalkan dinamit. “Kami sedang rapat dan mereka memberi tahu kami, sehingga kami pun bersembunyi,” kata Flores.
Beberapa waktu sesudah itu, polisi menggelar operasi untuk merebut kembali stasiun TV itu. “Semua sandera dibebaskan… pelaku akan diadili dan dihukum karena tindakan teroris,” kata polisi Ekuador di platform X.
Saluran tersebut kembali mengudara untuk siaran berita malamnya, dan pembawa berita mengatakan bahwa penyidik dari kantor Kejaksaan Agung Ekuador sedang berada di lokasi untuk mengumpulkan bukti. Dua karyawan TC terluka, menurut saluran itu.
Di Kota Machala, Quito, dan Provinsi Los Rios, tujuh petugas polisi diculik dalam tiga insiden terpisah. Tiga petugas yang ditangkap di Machala dibebaskan pada Selasa malam. Polisi menahan 10 tersangka dalam kasus itu.
Editor: Ahmad Islamy Jamil