Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Apakah Parfum Gucci Pakai Kemenyan Indonesia? Ini Faktanya!  
Advertisement . Scroll to see content

Mengenal Ambergris, Muntah Ikan Paus Sperma yang Harganya Selangit

Sabtu, 05 Juni 2021 - 16:50:00 WIB
Mengenal Ambergris, Muntah Ikan Paus Sperma yang Harganya Selangit
Nelayan di Yaman menemukan ambergris berwarna kehitaman dari ikan paus yang mati (Foto: Middle East Eye)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Peristiwa orang ketiban rezeki setelah menemukan bongkahan muntah ikan paus sperma atau ambergris sering terjadi. 

Lantas, apa itu ambergris dan bagaimana bisa bongkahan seperti batu itu bernilai sangat tinggi?

Ambergris dihasilkan oleh paus sperma. Para ahli masih memperdebatkan bagaimana paus sperma mengeluarkannya, namun dominan berpandangan dimuntahkan dari mulut, di samping keluar melalui pembuangan.

Berdasarkan arti, ambergris merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Latin yakni ambra dan grisea atau batu ambar berwarna abu-abu. Benda ini memang berwarna abu-abu kehitaman. 

Dia akan mengeras seperti batu setelah dikeluarkan. Pada banyak kasus, orang-orang menemukannya terdampar di pantai.

Ambergris diproduksi dalam sistem pencernaan ikan paus sperma. Tak heran baunya, ketika baru diproduksi, seperti feses. Namun kelamaan aromanya akan berubah menjadi lebih lembut seiring bertambahnya usia. Umumnya disamakan dengan aroma alkohol.

Ambergris terbentuk dari sekresi saluran empedu di usus paus sperma. Pada satu kasus ilmuwan menemukan cumi-cumi raksasa di dalam bongkahan ambergris. Dari situ mereka memiliki teori bahwa zat tersebut diproduksi oleh saluran pencernaan paus untuk memudahkan lewatnya benda keras dan tajam yang dimakannyanya.

Diperkirakan ambergris berukuran besar dikeluarkan melalui mulut, namun hal ini masih diperdebatkan.

Benda ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terbentuk. 

Christopher Kemp, penulis 'Floating Gold: A Natural (and Unnatural) History of Ambergris' mengatakan, ambergris hanya diproduksi oleh paus sperma. Itu pun hanya 1 persen dari mereka yang menghasilkannya.

Berdasarkan beberapa kasus, ambergris ditemukan di Samudera Atlantik dan pantai Afrika Selatan, Brazil, Madagaskar, Hindia Timur, Maladewa, China, Jepang, India, Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Maluku. 

Sebagian besar ambergris yang ditemukan untuk kepentingan komersial berasal dari Bahama di Atlantik, khususnya New Providence. 

Keunggulan ambergris terletak pada aroma yang bisa bertahan lama. Para pembuat parfum merek kenamaan seperti Chanel membutuhkan ini untuk membuatnya aroma tahan lama. Namun peran itu kini sudah digantikan dengan produk sintetis karena ambergris semakin jarang didapat.

Selain untuk parfum, ambergris juga dibuat untuk obat serta makanan dan minuman. Raja Charles II dari Inggris biasa menyantapnya bersama telur. 

Ambergris juga digunakan sebagai penyedap dalam kopi Turki serta campuran cokelat panas di Eropa pada abad ke-18.

Orang Mesir kuno membakar ambergris sebagai dupa, sedangkan di Mesir modern digunakan untuk mengharumkan rokok.

Orang China kuno menyebutnya beraroma ludah naga. Orang percaya bahwa membawa ambergris dapat mencegah mereka tertular wabah. Hal ini karena aromanya menutupi bau udara yang diyakini sebagai penyebab wabah.

Selama Abad Pertengahan, orang Eropa menggunakan ambergris sebagai obat untuk sakit kepala, pilek, epilepsi, dan penyakit lainnya.

Ambergris dijual dengan harga semakin tinggi karena kelangkaannya. Namun harganya akan berbeda bergantung pada daerah penemuan.

Pada awal Maret, seorang perempuan Thailand menemukan bongkahan ambergris seberat 7 kilogram dan dijual Rp3,6 miliar.

Teranyar, para nelayan di Yaman menemukan ambergris seberat 120 kilogram dan dijual dengan harga 1,5 juta dolar AS atau sekitar Rp21 miliar.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow

Related News

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut