Menlu AS Blinken: Situasi Timur Tengah Saat Ini Paling Berbahaya sejak 1973
WASHINGTON DC, iNews.id - Situasi di Timur Tengah saat ini dinilai menjadi yang paling berbahaya sejak 1973. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, di Washington DC, awal pekan ini.
“Sangat penting untuk dicatat bahwa ini adalah masa yang sangat bergejolak di Timur Tengah. Saya berpendapat bahwa kita belum pernah melihat situasi berbahaya seperti yang kita hadapi sekarang di kawasan ini setidaknya sejak 1973, dan bahkan bisa dibilang sebelum itu,” kata Blinken pada Senin (29/1/2024).
Tiga tentara AS tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan pesawat tak berawak terhadap pos militer AS di timur laut Yordania dekat perbatasan dengan Suriah, Minggu (28/1/2024).
Presiden Joe Biden menyalahkan kelompok militan yang diduga didukung Iran sebagai pelaku serangan itu. Namun, pada saat yang sama dia mengatakan Amerika Serikat masih mengumpulkan fakta mengenai insiden itu.
Sementara Iran menepis tuduhan Biden yang menuding Teheran terlibat dalam serangan itu.
Kemarin, Gerakan Houthi di Yaman mengklaim telah melancarkan serangan rudal baru terhadap kapal militer AS, Lewis B Puller, di Teluk Aden. “Sebagai respons terhadap agresi AS-Inggris terhadap negara kami, tadi malam, Angkatan Laut Yaman menembakkan rudal yang sesuai ke kapal Angkatan Laut AS Lewis B Puller ketika kapal itu sedang berlayar di Teluk Aden,” ungkap Juru Bicara Militer Houthi, Yahya Saria, Senin (29/1/2024).
Pada November lalu, kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar Yaman Utara dan Barat, bersumpah untuk menyerang kapal mana pun yang terkait dengan Israel sampai pasukan zionis menghentikan aksi militer di Jalur Gaza. Menurut Houthi, tindakan mereka itu demi mendukung warga Palestina yang telah ditindas dan dibantai oleh zionis di wilayah kantong tersebt di tengah berkecamuknya perang Hamas-Israel.
Amerika Serikat, sekutu Israel, menanggapi serangan Houthi dengan melancarkan serangkaian serangan terhadap kelompok itu. Bersama Inggris, militer AS menghantam puluhan lokasi di Yaman yang dikatakan menjadi infrastruktur militer Houthi.
Sejak itu, Houthi menganggap semua kepentingan AS yang ada di Laut Merah sebagai target serangan yang sah bagi mereka.
Editor: Ahmad Islamy Jamil