Menlu Retno Marsudi: Indo-Pasifik Jangan Sampai Jadi Medan Perang!
JAKARTA, iNews.id - Indonesia menekankan pentingnya kawasan Indo-Pasifik yang stabil dan damai. Kawasan strategis tersebut tak boleh menjadi medan perang.
Menlu RI Retno Marsudi, dalam pidato pembukaan East Asia Summit (EAS) di Hotel Shangri-La, Jakarta, Jumat (14/7/2023), mengatakan masyarakat menaruh harapan besar kepada EAS sebagai satu-satunya forum yang melibatkan semua pemain kunci di kawasan Indo-Pasifik.
Kawasan tersebut akan menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi global dalam 30 tahun ke depan. Perkembangan penting di bidang teknologi, kedokteran, dan energi terbarukan terjadi setiap hari. Saat ini Indo-Pasifik berada di momen yang menentukan.
“Namun kita belum mampu mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk mengoptimalkan potensi di kawasan. Kecurigaan dan ketidakpastian masih terjadi. Sebagian bahkan menyebut Indo-Pasifik mengalami ‘perang dingin di tempat panas,” kata Retno, dalam pernyataan yang dikeluarkan Kemlu RI.
Selain sebagai net kontributor pertumbuhan ekonomi, lanjut Retno, Indo-Pasifik juga harus menjadi net kontributor untuk perdamaian dan menyebarkan paradigma kolaborasi ke kawasan lain. EAS harus berkontribusi mewujudkan cita-cita bersama, yaitu kawasan yang damai, stabil, dan inklusif.
“Bayangkan EAS sebagai sebuah kereta, dan komitmen kita terhadap Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) dan Bali Principles sebagai rel kereta. Kita harus memastikan jalan kita berpapasan, bukan saling menghalangi,” ujarnya.
Dia menegaskan semua pihak harus bekerja sama untuk menjembatani, menanamkan kepercayaan, dan membangun arsitektur kawasan yang inklusif.
Perbedaan yang ada tidak boleh menjadi pemisah, melainkan memperkaya upaya kolektif dan menjadi kekuatan.
Pada kesempatan itu, Retno mengutip falsafah ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang mengandung makna dari perbedaan bisa tercipta harmoni untuk mewujudkan agenda bersama.
“Kita bersama-sama di kereta EAS, dan setiap orang dipersilakan naik,” tuturnya.
Sementara itu, dalam pernyataan nasional Indonesia, Retno menggarisbawahi dua hal. Pertama, apresiasi atas dukungan dan penghormatan terhadap sentralitas ASEAN. ASEAN yang bersatu (ASEAN yang matters) akan membawa manfaat tidak hanya untuk kawasan, tapi juga dunia.
Kedua, ajakan kepada negara-negara anggota EAS untuk menyukseskan East Asia Summit pada September mendatang. Retno meminta kepada semua pihak dapat bersama-sama membangun jembatan guna mempertemukan perbedaan-perbedaan yang ada.
Pertemuan menyepakati dokumen East Asia Summit Plan of Action 2024-2028 yang berisi identifikasi area kerja sama praktis dan mendukung pengarusutamaan dan implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific dalam kerangka EAS.
EAS beranggotakan 18 negara, yakni anggota ASEAN dan para mitra, yakni AS, China, Rusia, Jepang, India, Australia, Korea Selatan, dan Selandia Baru. EAS merupakan wadah inklusif untuk membahas dinamika di kawasan dan dunia.
Editor: Anton Suhartono