Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Drone Ukraina Hantam Grozny, Pemimpin Chechnya Kadyrov: Kami Akan Balas dengan Dahsyat!
Advertisement . Scroll to see content

Meriahnya Perayaan Tahun Baru 2023 di Berbagai Negara

Minggu, 01 Januari 2023 - 06:25:00 WIB
Meriahnya Perayaan Tahun Baru 2023 di Berbagai Negara
Perayaan Tahun Baru 2023 di Sydney (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Berbagai negara merayakan Tahun Baru 2023 secara meriah untuk pertama kali setelah 2 tahun sebelumnya menerapkan pembatasan akibat Covid-19. Australia termasuk negara pertama yang merayakan malam pergantian tahun.

Perayaan meriah digelar di Sydney dengan pertunjukan kembang api yang memesona. Pertunjukkan di Sydney menampilkan ribuan kembang api yang diluncurkan dari Sydney Opera House dan Harbour Bridge. Selain itu untuk pertama kali, perayaan dimeriahkan air terjun pelangi dari Harbour Bridge yang terkenal. 

"Malam Tahun Baru ini bisa kami sampaikan Sydney telah kembali saat kita memulai perayaan di seluruh dunia, menghadirkan Tahun Baru yang luar biasa," kata Wali Kota Sydney Clover Moore, dikutip dari Reuters, Minggu (1/1/2023).

Perayaan meriah juga dilakukan di beberapa negara Asia seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand. Sementara Malaysia membatalkan perayaan terkait bencana banjir. Pemerintah Malaysia membatalkan hitung mundur Tahun Baru 2023 dan acara kembang api di Dataran Merdeka, Kuala Lumpur, setelah banjir dan tanah longsor yang menewaskan 31 orang. Perayaan di Menara Kembar Petronas juga disederhanakan tanpa pertunjukan atau kembang api.

Di China, perayaan tak kalah meriah digelar di Beijing hingga Wuhan, sekaligus menandai diakhirinya pembatasan Covid-19 yang ketat. Meski demikian perayaan digelar di tengah lonjakan kasus infeksi di negara itu.

"Virus ini seharusnya pergi dan mati saja, saya tidak percaya tahun ini bahkan tidak bisa menemukan teman yang sehat bisa pergi bersama merayakan tahun baru," kata seorang warga asal Provinsi Shandong, di media sosial.

Sementara netizen lain menyatakan harapan bahwa Tahun Baru 2023 ini menandai kembalinya China ke kehidupan seperti sebelum pandemi.

"Saya hidup dan bekerja di bawah Covid sepanjang 2022. Saya harap tahun 2023 adalah saat semuanya bisa kembali seperti sebelum tahun 2020," kata seorang pengguna di Jiangsu.

Di Kota Wuhan, asal muasal wabah Covid-19, puluhan ribu orang berkumpul untuk merayakannya di tengah pengamanan ketat. Barikade didirikan dan ratusan polisi dan petugas keamanan lainnya berjaga-jaga saat perayaan besar malam Tahun Baru untuk pertama kalinya digelar setelah pembatasan.

Perayaan juga digelar di Shanghai, di mana warga memadati jalan tepi sungai The Bund. Bahkan banyak dari mereka yang sengaja datang dari luar provinsi.

"Kami datang dari Chengdu untuk merayakannya di Shanghai. Kami pernah terpapar Covid, jadi sekarang aman untuk bersenang-senang," kata Da Dai, seorang CEO perusahaan media digital. 

Perayaan juga digelar di Hong Kong, beberapa hari setelah wilayah itu mencabut pembatasan untuk berkumpul. Puluhan ribu orang memenuhi dekat Pelabuhan Victoria untuk melakukan hitung mundur. Lampu-lampu bersinar dari beberapa gedung di depan pelabuhan terbesar di kota itu.

Sementara itu perayaan Tahun Baru di Ukraina dilakukan secara individu setelah pemerintah menerapkan jam malam yakni dimulai dari pukul 19.00 waktu setempat.

Beberapa gubernur wilayah mengunggah pesan di media sosial yang memperingatkan warga untuk tidak melanggar larangan dengan berkumpul merayakan malam Tahun Baru.

"Saya benar-benar ingin tahun ini segera berakhir", kata seorang warga Kiev, Oksana Mozorenko.

Perayaan Tahun Baru berlangsung di saat Rusia melakukan serangan rudal terbesar kedua ke negara itu selama 3 hari terakhir.

"Negara teroris meluncurkan beberapa gelombang rudal. Mereka mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada kami, tapi kami akan bertahan," kata Gubernur Kiev, Oleksiy Kuleba, di Telegram.

Prancis juga menggelar pesta kembang api Tahun Baru yang pertama sejak 2019 yakni berpusat di Paris. Pertunjukan kembang api selama 10 menit dimulai pada tengah malam diikuti sekitar 500.000 orang yang berkumpul di jalanan Champs-Elysees.

Sementara itu perayaan sederhana digelar di Praha, Republik Ceko, Negara itu mengalami kesulitan ekonomi sehingga tidak mengadakan pertunjukan kembang api.

“Alasan utama, termasuk situasi di Ukraina dan perekonomian yang tidak menguntungkan bagi banyak rumah tangga Praha serta kebutuhan untuk melakukan penghematan keuangan ibu kota, tidak pantas sepertinya menggelar perayaan,” kata Juru Bicara Pemerintah Kota Praha, Vit Hofman.

Cuaca ekstrem menerjang Belanda. Hujan lebat dan angin kencang yang menerjang pada Sabtu memaksa pembatalan pertunjukan kembang api di Amsterdam dan Den Haag. Pertunjukan di Rotterdam juga dibatalkan.

Berbeda dengan Kroasia, belasan kota, termasuk Ibu Kota Zagreb, membatalkan pesta kembang api bukan karena faktor alam melainkan seruan dari pecinta hewan peliharaan. Mereka memperingatkan efek yang mengganggu dari kebisingan pada hewan dan manusia, sehingga menyerukan perayaan yang lebih sadar lingkungan.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut