Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pauline Hanson, Politisi Australia yang Hina Muslimah di Parlemen Dijatuhi Hukuman Skorsing
Advertisement . Scroll to see content

Metal! 3 Muslimah Berjilbab asal Garut Bakal Guncang Panggung Musik Terbesar Dunia

Minggu, 23 Juni 2024 - 13:34:00 WIB
Metal! 3 Muslimah Berjilbab asal Garut Bakal Guncang Panggung Musik Terbesar Dunia
Grup musik Voice of Baceprot (VoB) tampil di Soundsfest Experience di Jakarta, Indonesia, Sabtu, 22 Juni 2024. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Berbalut jilbab, para anggota grup musik Voice of Baceprot (VoB) tampaknya sudah terbiasa tampil di panggung internasional, mulai dari Amerika Serikat hingga Prancis. Namun, kali ini mereka mengaku merasa agak canggung menyongsong jadwal manggung pekan depan.

Pasalnya, pada Jumat (28/6/2024) nanti, ketiga perempuan Muslimah itu bakal menjadi orang Indonesia pertama yang tampil di Festival Glastonbury di Inggris. Ajang tersebut adalah salah satu festival terbesar di dunia. Di sana, band yang diawaki oleh Widi Rahmawati (23), Firda Marsya Kurnia (24), dan Euis Siti Aisyah (24) itu akan berbagi tempat dengan musisi masyhur seperti Coldplay dan Shania Twain.

Ini adalah panggung terbesar bagi ketiga perempuan muda asal Garut, Jawa Barat itu. “Kami tidak hanya membawa nama Voice of Baceprot, tapi juga negara kami,” kata sang bassis, Widi, kepada Reuters, akhir pekan ini.

Dengan petikan-petikan gitar mereka yang gahar dan permainan drum yang rumit, VoB sudah nongol di sampul majalah New Musical Express di Inggris. Para gadis itu juga mendapat pujian dari mantan gitaris Rage Against the Machine, Tom Morello.

Di luar musik, Widi dan kawan-kawan berupaya untuk menantang stereotip bahwa perempuan Muslim itu lemah dan kolot. Mereka juga hendak menghapus stigma yang mencap Muslim itu adalah militan yang kejam, kata Marsya, vokalis sekaligus pemetik gitar band itu.

Dia mengatakan, lirik dari lagi-lagu yang dibawakan VoB mengandung pesan pemberdayaan perempuan dan juga lingkungan.

Widi mengisahkan, dia pertama kali bertemu Marsya dan Euis di sebuah madrasah di Garut, tempat ketiganya menimba ilmu. Dari situ, mereka membentuk band pada 2014. Widi dan kawan-kawan mulanya mendalami musik pop dan Islami Indonesia, dan usia mereka pada saat itu masih belia.

Kecintaan para gadis itu pada musik metal muncul setelah mereka mendengarkan album “Toxicity” dari band tenar asal Amerika, System of a Down. Yang menarik, mereka mendengarkan lagu “keras” bertempo cepat itu justru di komputer guru sekolah mereka.

Marsya menuturkan, lagu itu membuat adrenalin mereka terpacu. Sejak itu, mereka mulai memainkan musik mereka sendiri.

Marsya mengatakan, tantangan terberat VoB adalah menghadapi stigma, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. “Di desa kami, musik metal dianggap setan, tidak cocok untuk perempuan, apalagi perempuan berhijab,” kata Widi.

Marsya mengenang, keluarganya pernah menyarankan agar dia mencari ritual penyembuhan Islami, dengan harapan bisa menghilangkan kecintaannya pada musik metal. “Pada awalnya, kami merasa seperti tidak punya rumah untuk kembali,” katanya.

Sementara di negeri Paman Sam, masyarakat Amerika pernah menjuluki mereka “militan”, katanya. “Seolah-olah kami adalah penjahat,” ucapnya.

Usai manggung di Glastonbury, VoB berencana menggarap album baru dan lagu “Mighty Island” yang bertemakan korupsi di Indonesia. Mereka juga ingin membangun komunitas dengan calon musisi di kampung halamannya. “Kami ingin memberdayakan masyarakat di sana,” kata Marsya.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut