Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Horor! 2 Pesawat Ringan Tabrakan di Udara, Pilot Tewas
Advertisement . Scroll to see content

Miris, Tahanan Perempuan Ini Dibiarkan Melahirkan Sendirian di Selnya

Kamis, 13 Desember 2018 - 16:12:00 WIB
Miris, Tahanan Perempuan Ini Dibiarkan Melahirkan Sendirian di Selnya
Seorang tahanan di Penjara Perempuan Bandyup meminta tolong selama berjam-jam sambil menanti persalinan di dalam selnya. (ABC News)
Advertisement . Scroll to see content

SYDNEY, iNews.id - Dalam sel penjara berkeamanan maksimum di hari bersuhu 33-derajat, seorang perempuan terpaksa melahirkan bayinya sendirian sambil memohon bantuan selama berjam-jam kepada penjaga penjara yang mengawasinya melalui celah di pintu sel.

Insiden yang terjadi pada Maret lalu itu terungkap dalam laporan yang diumumkan pada Rabu (12/12/2018).

"Amy (nama samaran) melahirkan sendirian di dalam sel yang terkunci," demikian bunyi ringkasan laporan dari inspektur pemasyarakatan penjara Australia Barat, Neil Morgan, seperti dilaporkan ABC News, Kamis (13/12/2018).

"Staf kebidanan dan sipir mengawasi, dan berusaha mendukungnya melalui celah di pintu, tetapi tidak bisa memberikan dukungan fisik."

Laporan itu menyatakan, Amy disidangkan di pengadilan pada awal Januari lalu selama trimester akhir kehamilannya. Dia diberikan keringanan bebas dengan jaminan tetapi tak bisa memenuhi persyaratan dan dibawa kembali ke tahanan.

Dia kemudian dipindahkan ke Penjara Perempuan Bandyup di pinggiran timur laut Perth, pada 17 Februari.

Penjara ini dibuka pada 1970 dan merupakan satu-satunya penjara perempuan, yang melayani semua tingkat klasifikasi keamanan, termasuk keamanan maksimum.

Pembunuh berantai Catherine Bernie termasuk di antara penghuninya yang paling terkenal.

Laporan itu menyebut Amy dipindahkan ke sel yang penuh sesak, di unit dua lantai, di lantai pertama.

Dia menghabiskan 22 hari kehamilannya menerima perawatan medis dari staf penjara dan dipindahkan ke rumah sakit untuk mendapat rawat jalan.

Menurut laporan itu, pada pukul 17.30 pada Minggu (11/3/2018), Amy menelepon dari selnya. Dalam laporan itu disebutkan, Amy menggunakan kata-kata yang menunjukkan dia gugup dan dia berpikir akan melahirkan.

Dia dibawa ke pusat kesehatan penjara untuk pemeriksaan, namun ketika tiba di sana, perawat tak diberitahu tentang keluhan rasa sakit yang dideritanya. Dia mengatakan kepada perawat mengalami sakit perut, namun membantah akan melahirkan.

Amy diberi beberapa parasetamol dan dibawa kembali ke selnya.

Setengah jam kemudian, penjara masuk ke periode penguncian malam.

Pada pukul 18.30, Amy memanggil lagi. Dia terlihat "sangat tertekan" dan menunjukkan tanda-tanda sedang dalam proses persalinan.

Selama satu jam berikutnya, seorang staf berbicara dengan Amy melalui pintu selnya.

Namun staf kebidanan tak memeriksanya sampai sekitar pukul 19.35. Laporan itu menyalahkan komunikasi dan pengambilan keputusan yang buruk dalam sel tahanan.

Laporan itu mengungkap, kesulitan yang dirasakan Amy pada tahap ini sudah "terdeteksi" dan bahwa dia jelas membutuhkan bantuan.

Tetapi staf perawat hanya bisa berkomunikasi dengannya melalui pintu sel yang terkunci, karena satu-satunya orang dengan kunci sel adalah seorang staf di gerbang rumah, yang ditempuh dua hingga tiga menit berjalan kaki.

Lima menit kemudian, Amy melahirkan bayinya, sendirian, di dalam sel yang terkunci.

"Staf kebidanan dan sipir mengawasi, dan berusaha mendukungnya melalui celah di pintu tetapi tidak bisa memberikan dukungan fisik," demikian ringkasan laporan itu.

"Ini jelas merupakan situasi berisiko tinggi bagi Amy dan anaknya. Dia berada di dalam sel, tidak di lingkungan yang steril, dan tidak ada pemeriksaan prenatal standar untuk ibu dan bayi yang baru lahir. Dan staf tidak bisa mengurus pertolongan pertama jika diperlukan."

Setelah Amy melahirkan, dia harus menunggu 7-12 menit lagi sebelum petugas dari gerbang tiba dengan kunci. Lalu, Amy dan bayinya dikirim ke rumah sakit sore itu.

"Ini merupakan rangkaian peristiwa yang menyedihkan, merendahkan, dan berisiko tinggi, yang terjadi di penjara Australia abad ke-21," kata Morgan.

Dia menyimpulkan situasi itu bisa dihindari dan merupakan hasil dari kegagalan sistemik, prosedural, dan kesalahan manusia.

Menurut Morgan, tidak ada cukup akomodasi untuk perempuan hamil di sistem penjara Australia Barat karena kurangnya perencanaan dan bahwa Amy ditempatkan di sel dengan sedikit atau tanpa pertimbangan untuk kebutuhannya.

Departemen Kehakiman mengakui kondisi itu tak layak, dan sejak saat itu memindahkan napi perempuan di trimester akhir kehamilan di unit lain yang lebih cocok.

"Setiap orang di shift malam pada tanggal 11 Maret sadar bahwa Amy sedang kesakitan dan tertekan setidaknya satu jam sebelum kelahiran," kata Morgan.

"Situasi meningkat tanpa ada yang menyadari bahwa situasi darurat berkembang atau mengambil tindakan yang tepat."

"Respon terhadap nomor darurat itu juga sangat lambat. Seharusnya tidak perlu waktu 7-12 menit untuk membuka pintu sel," katanya.

Dia juga mengatakan ada kekurangan besar dalam pencatatan insiden itu.

Departemen itu kini meluncurkan peninjauannya sendiri dan mengembangkan rencana tindakan untuk memperbarui kebijakan serta menyediakan proses yang lebih baik untuk merawat dan mengelola perempuan hamil.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut