Moskow Tulis Surat ke PBB, Peringatkan Rencana Provokasi Ukraina di Fasilitas Nuklir Zaporizhzhia
MOSKOW, iNews.id - Rusia menulis surat kepada Dewan Keamanan PBB tentang rencana provokasi Ukraina di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. Sebelumnya, Rusia dan Ukraina saling tuduh telah menyerang fasilitas nuklir tersebut.
Dilansir dari TASS pada Jumat (19/8/2022), informasi tersebut mengutip pernyataan seorang diplomat yang tak disebut namanya. Surat itu mengulangi klaim Rusia sebelumnya bahwa Kyiv merencanakan provokasi di pabrik nuklir itu.
Fasilitas nuklir Zaporizhzhia direbut oleh Rusia pada Maret tetapi masih dijalankan oleh teknisi Ukraina. Kompleks reaktor nuklir Zaporizhzhia (ZNPP) yang terbesar di Eropa itu, telah berulang kali diserang. Moskow dan Kyiv saling menyalahkan dalam serangan tersebut.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyerukan demiliterisasi di fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) besar di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina selatan yang dikuasai Rusia. Peralatan dan personel militer harus ditarik dari pabrik dan menyerukan upaya untuk memastikan fasilitas nuklir tersebut bukan target operasi militer.
"Fasilitas itu tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer. Sebaliknya, kesepakatan sangat dibutuhkan untuk membangun kembali infrastruktur Zaporizhzhia yang murni sipil dan untuk memastikan keamanan daerah itu," katanya setelah pembicaraan di kota Lviv, Ukraina, Kamis (18/8/2022).
Guterres mengaku sangat prihatin dengan situasi di dalam dan di sekitar fasilitas PLTN tersebut.
"Kita harus berusaha keras untuk memastikan bahwa fasilitas atau lingkungan pabrik bukan target operasi militer," kata Guterres setelah pembicaraan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy dan Presiden Turki, Tayyip Erdogan.
Awal bulan ini, Guterres meluncurkan misi pencarian fakta atas sebuah insiden di garis depan Kota Ukraina Olenivka. Dalam insiden itu, tahanan yang ditangkap oleh separatis yang didukung Moskow tewas. Rusia dan Ukraina pun sama-sama meminta agar insiden itu diselidiki.
Guterres mengatakan, persyaratan untuk misi dan susunan tim telah dibagikan. Rusia dan Ukraina harus menyetujuinya.
Dia bermaksud untuk menunjuk Jenderal Brasil, Carlos dos Santos Cruz untuk memimpin penyelidikan tersebut.
"Kami sekarang akan terus bekerja untuk mendapatkan jaminan yang diperlukan untuk menjamin akses yang aman ke situs dan lokasi lain yang relevan. Sederhananya, misi pencarian fakta harus bebas untuk menemukan fakta," katanya.
Editor: Umaya Khusniah