Museum Sejarah Nabi Terbesar di Dunia Bakal Ada di Indonesia, Selesai Dibangun dalam Setahun
MADINAH, iNews.id - Indonesia akan menjadi tuan rumah Museum Sejarah Nabi dan Peradaban Islam terbesar di dunia. Pembangunan akan dilaksanakan sesegera mungkin yakni mengambil tempat di Jakarta.
Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) H Syafruddin mengatakan, perencanaan pembangunan sudah matang tinggal menunggu implementasi. Namun masih ada beberapa hal teknis yang perlu disempurnakan.
"Setelah kemarin melaksanakan MoU sekarang saya berada di Madinah Al Munawwarah melihat miniatur museum yang nantinya akan dibangun di Jakarta, ternyata juga dibangun seretak di Makkah, Madinah, dan Indonesia," kata Syafruddin, saat mengunjungi miniatur museum sejarah Nabi Muhammad dan Peradaban Islam di kompleks Istana Kegubernuran Madinah, Selasa (1/10/2019).
DMI, lanjut dia, akan membuat timeline dan perencanaan. Untuk lokasi, sudah ditentukan yakni tak jauh dari Jakarta, tepatnya di Cimanggis, Depok, bersebelahan dengan Universitas Islam Internasional Indonesia.
(H Syafruddin bersama Nasser Misfir Az Zahrani/DMI)
"Lokasi sudah, infrastrukturnya juga sudah disiapkan oleh Yayasan Assalam, kemudian funding-nya sudah disiapkan Liga Muslim Dunia, sesuai dengan MoU kemarin. Jadi insya Allah berkat doa masyarakat Indonesia ini akan kami laksanakan sesegera mungkin," ujar pria yang juga menjabat Menpan RB itu.
Dia berharap pembangunan akan memakan waktu 1 tahun sampai beroperasi.
"Satu bulan lagi kami akan rapat lagi di Jeddah untuk mengatur langkah-langkah teknis, karena sebenarnya perencanaan itu sudah siap, tinggal perencanaan teknis yang perlu kita konkretkan. Insya Allah 1 tahun bisa selesai," tuturnya.
Sementara itu pendiri Yayasan Wakaf Assalam Nasser Misfir Az Zahrani menambahkan, semua materi atau isi museum berasal Alquran dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Menurut Nasser, dia membutuhkan waktu 13 tahun untuk mengumpulkan materi-materi tersebut dan masih terus berlangsung.
"Semua materi ini diambil dari Alquran dan Sunnah serta melibatkan para ulama, termasuk Indonesia, dan dari setiap negara," tuturnya.
Editor: Anton Suhartono