NATO Desak Kosovo Redakan Ketegangan dengan Serbia
BRUSSELS, iNews.id - NATO mendesak Kosovo untuk meredakan ketegangan dengan Serbia. Selain itu, misi penjaga perdamaian yang dipimpin NATO, KFOR berkekuatan 3.800 orang di Kosovo akan tetap waspada.
"Kami mendesak lembaga-lembaga di Kosovo untuk segera mengurangi ketegangan dan meminta semua pihak untuk menyelesaikan situasi melalui dialog," kata juru bicara aliansi militer transatlantik, Oana Lungescu dalam sebuah posting Twitter, Sabtu (27/5/2023).
Sebelumnya, pada Jumat (26/5/2023), bentrokan pecah antara polisi Kosovo dan pengunjuk rasa yang menentang Wali Kota etnis Albania. Hal itu mendorong Serbia untuk menempatkan tentaranya dalam siaga tempur penuh dan memindahkan unit lebih dekat ke perbatasan.
Saat ini, keadaan di bagian utara negara itu masih tegang. Pasukan polisi bersenjata lengkap dengan kendaraan lapis baja menjaga gedung-gedung pemerintah kota.
Perdana Menteri Kosovo, Albin Kurti membela tindakan polisi dalam mengawal wali kota baru sehari sebelumnya.
“Merupakan hak mereka yang terpilih dalam pemilihan demokratis untuk menduduki jabatan tanpa ancaman atau intimidasi. Juga merupakan hak warga negara untuk dilayani oleh pejabat terpilih tersebut,” kata Kurti di Twitter pada hari Sabtu.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada hari Jumat mengkritik pemerintah Kurti atas tindakannya di utara. Blinken mengatakan mereka meningkatkan ketegangan yang tidak perlu.
"(Pemerintah Kurti) merusak upaya kami untuk membantu menormalkan hubungan antara Kosovo dan Serbia dan akan berdampak pada hubungan bilateral kami dengan Kosovo," katanya.
Hampir satu dekade setelah berakhirnya perang di sana, orang Serbia di wilayah utara Kosovo tidak menerima deklarasi kemerdekaan Kosovo pada 2008 dari Serbia dan masih menganggap Beograd sebagai ibu kota mereka.
Etnis Albania membentuk lebih dari 90 persen populasi di Kosovo. Serbia hanya mayoritas di wilayah utara.
Editor: Umaya Khusniah