Netanyahu Diyakini Tak Akan Setujui Gencatan Senjata di Gaza, Ini Alasannya
KAIRO, iNews.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diyakini sengaja memperpanjang perang di Jalur Gaza demi menyelamatkan karier politik dan kasus hukumnya di dalam negeri. Oleh karena itu dia akan menolak proposal gencatan senjata usulan dari mana pun.
Mahmoud Al Habbash, penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas, menilai Netanyahu tidak menginginkan gencatan senjata di Gaza, melainkan melanjutkan perang.
"Dari sudut pandangnya (Netanyahu), setiap jeda atau penghentian perang hanya semakin mendekatkan kepergiannya dari panggung politik Israel, karena hal itu akan membuka pintu bagi akuntabilitas hukum dan peradilan," kata Al Habbash, kepada kantor berita Rusia, RIA Novosti, dikutip Kamis (21/8/2025).
Netanyahu menghadapi kasus korupsi yang sudah bergulir sejak 2019. Bahkan selama perang di Gaza pada tahun ini, Netanyahu masih menjalani sidang kasusnya.
"Ini bukan hanya soal perang, tapi juga tentang korupsi, yang telah dituduhkan kepada Netanyahu berkali-kali. Dia memandang perang sebagai penyelamatnya, itulah sebabnya dia mendorong eskalasi lebih lanjut," ujarnya.
Al Habbash menegaskan, mengakhiri perang di Gaza dengan cara apa pun merupakan prioritas Pemerintah Otoritas Palestina. Oleh kerena itu pemerintah berupaya menangkis segala pembenaran dan dalih Netanyahu untuk melanjutkan agresi terhadap rakyat Palestina.
Dia menuduh Amerika Serikat (AS), negara yang menyiram bantuan terhadap perang Netanyahu, ikut berkontribusi memperpanjang perang.
"Namun, mengingat dukungan AS yang tak terbatas untuk Netanyahu dan petualangannya yang sembrono, baik di Jalur Gaza, Yaman, Lebanon, Irak, Iran, maupun Suriah, situasinya tampak tidak menjanjikan bagi pemerintahan Israel ini, yang hanya percaya pada ekspansi, perang, dan kekerasan," tuturnya.
Dia mendesak peningkatan tekanan dan intervensi internasional untuk memaksa Netanyahu menyetujui gencatan senjata serta membuka jalur politik guna meredakan ketegangan di kawasan.
Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, pada Rabu kemarin menyetujui operasi untuk merebut Kota Gaza. Katz akan menyampaikan rencana tersebut kepada Kabinet Keamanan Israel pada Kamis untuk disetujui.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga akan memanggil sekitar 60.000 tentara cadangan sebagai persiapan operasi ke Kota Gaza. Operasi militer bernama Kereta Perang Gideon itu diperkirakan berlangsung hingga 2026, dan pada puncaknya meloibatkan hingga 130.000 tentara cadangan.
Editor: Anton Suhartono