Ngeri! Ini Dampak jika Kesepakatan Nuklir INF AS-Rusia Runtuh
JAKARTA, iNews.id - Keluarnya Rusia dari kesekapatan senjata nuklir jarak menengah Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) yang diteken bersama Amerika Serikat (AS) membuka kembali kemungkinan perlombaan senjata, terutama di kawasan Eropa dan Asia-Pasifik.
INF merupakan kesepakatan nuklir bersejarah antara yang melarang pengembangan dan pengerahan rudal jarak menengah berbasis darat.
Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan telah menyatakan negaranya akan mengembangkan dan mempertimbangkan pengerahan rudal ke berbagai wilayah, termasuk Asia.
Tanpa INF, tidak ada lagi mekanisme pengendalian atau batasan bagi pengembangan dan penyebaran rudal jarak menengah, yang justru paling berisiko karena waktu tempuhnya yang singkat dan kemampuannya membawa hulu ledak nuklir.
Jika INF batal sepenuhnya, dunia menghadapi kenyataan baru, runtuhnya salah satu pilar utama arsitektur keamanan global.
Langkah yang diumumkan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia ini muncul menyusul berbagai manuver militer AS dan sekutunya yang dinilai mengancam keamanan nasional Rusia. Jika benar-benar runtuh tanpa pengganti, hilangnya INF akan memicu serangkaian dampak mengerikan bagi stabilitas global.
Dampak Runtuhnya Kesepakatan Nuklir INF AS-Rusia:
1. Dunia Terancam Kembali ke Era Perlombaan Senjata Nuklir
Tanpa INF, baik AS maupun Rusia akan bebas mengembangkan dan menyebarkan rudal jarak menengah dan pendek, termasuk yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Rudal-rudal ini sangat berbahaya karena memiliki waktu tempuh yang sangat cepat dan dapat menyerang sasaran dalam hitungan menit.
Dengan absennya pembatasan, negara-negara lain yang merasa terancam, seperti China, India, Korea Utara, bahkan Eropa, juga berpotensi ikut terlibat dalam perlombaan senjata, menciptakan efek domino militerisasi global.
2. Ketegangan Meledak di Eropa dan Asia-Pasifik
INF dulunya berhasil meredakan ketegangan di Eropa selama Perang Dingin. Namun dengan runtuhnya kesepakatan ini, kawasan seperti Eropa Timur dan Asia-Pasifik bisa kembali menjadi medan utama konfrontasi militer.
Langkah AS mengerahkan sistem rudal Typhon ke Filipina dan latihan bersama Australia memperlihatkan bahwa Asia kini ikut terseret ke dalam pusaran ini. Rusia bahkan menyatakan siap mengerahkan rudal jarak menengah ke Asia-Pasifik sebagai langkah balasan.
3. Meningkatnya Risiko Salah Hitung dan Perang Nuklir Tak Sengaja
Rudal jarak menengah sangat berbahaya karena waktu peringatannya sangat singkat, serangan bisa mencapai target dalam waktu 5–10 menit. Ini berarti ruang waktu untuk diplomasi, verifikasi, atau deeskalasi hampir tidak ada.
Dengan masing-masing pihak berada dalam kondisi siaga penuh, kesalahan teknis, salah tafsir intelijen, atau reaksi berlebihan bisa memicu peluncuran rudal secara tidak disengaja, dan konsekuensinya bisa sangat fatal.
4. Runtuhnya Arsitektur Keamanan Global
INF adalah salah satu pilar utama perjanjian pengendalian senjata dunia. Runtuhnya perjanjian ini bukan hanya tentang AS dan Rusia, tapi juga mengikis kepercayaan internasional terhadap seluruh sistem kontrol senjata global.
Setelah INF, perjanjian lain seperti New START dan Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) juga bisa terancam runtuh, meninggalkan dunia tanpa kerangka hukum internasional yang mengatur kekuatan nuklir.
5. Meningkatnya Ketegangan Diplomatik dan Ekonomi
Ketika ketegangan militer meningkat, konflik diplomatik dan ekonomi tak bisa dihindari. Negara-negara akan meningkatkan anggaran pertahanan, menciptakan tekanan fiskal. Perdagangan internasional bisa terganggu, dan blok-blok kekuatan baru bisa terbentuk, mempercepat polarisasi dunia seperti era Perang Dingin.
Editor: Anton Suhartono